Oke. Jadi, semalem adalah malam terakhir kita semua tidur di tahun 2010, dan malam terakhir kita semua bermimpi di tahun 2010. Yup! 'Cause it's 31st December 2010!!! Yeaaaay...! Can't wait to see 2011! ^^ Yah, gue emang udah bosen banget sama tahun 2010 ini. Oke, jadi tadi malem aku mimpi aneeeh banget! Sumpah! Mimpi yang semalem adalah mimpi yang paling aneh yang aku alami selama tahun 2010 ini. Oke, mungkin mimpinya lebay banget dan terlalu berkhayal, so, mungkin bisa bikin sebagian kalian jadi 'ilfeel'. hahaha
Jadi, semalem tuh aku mimpi sekolahku ngadain semacam acara audisi. Pelaksanaannya di gedung sekolah juga. Tapi, sekolahnya bedaaaaa banget sama sekolahku yang aslinya. Sekolah mirip kayak sekolah-sekolah di Amerika. Gedungnya berwarna-warni, dan banyak loker yang bentuknya tinggi-tinggi. Wah, pokoknya bedaaa banget deh sama sekolahku yang asli! Nah, audisi itu memang khusus audisi seni.
Jurinya adalah guru Conversationku (maaf, ya Miss, pinjem karakternya di mimpi saya! Hehehehe :D). Sebut saja guru Conversation sebagai Miss X. Nah, otomatis kita yang ada di kelas itu seharusnya berbicara dengan bahasa Inggris.
Wah, pokoknya persis banget deh suasananya dengan suasana mau ngambil nilai Conversation yang temanya 'Talent' (waktu itu sempat ambil nilai dengan tema tersebut, di kelas 'asli'ku!). Anak-anak yang ikut audisi itu bisa dibilang cuma sedikit. Yaaah, nggak nyampe 1 kelas lah (1 kelas di kelasku isinya ada 34 anak!). Berhubung karena ruangan kelasnya sedikit lebih kecil dari ruangan kelasku yang asli, dan mungkin karena sebagiannya lagi nggak berminat ikutan ajang seperti, kali? Nah, untuk yang nggak ikutan audisi ini, diliburkan di rumah masing-masing (tapi besokannya masuk lagi, dooong.. enak aje.. hahaha!)
Uniknya, yang ikutan nggak cuma anak-anak yang ada di sekolahku. Tapi ada juga yang dari sekolah-sekolah lain, bahkan ada juga yang dari negara lain! Buktinya, banyak juga yang bule, yang berkulit hitam, dan yang oriental-oriental juga nggak sedikit. Naaah, aku sama salah satu temenku yang paling deket (sebut saja, namanya sebagai si 'A') juga ikutan. Waktu itu cuacanya ceraaah banget. Pokoknya, membawa perasaan bahagia deh! *lebaaay* Dan kita boleh bebas mau duduk diamna aja.
Ruangan kelas itu ternyata terhubung dengan sebuah ruangan yang ukuranya lebih kecil dari ukuran ruang kelas itu. Nggak ada pintu maupun gorden maupun papan, maupun benda-benda lainnya yang menutupi ruangan kecil itu, sehingga ruangan kecil itu bisa terlihat secara langsung dari ruang kelas. Nah, di ruangan kecil itu terdapat berbagai macam barang-barang penunjang kegiatan belajar-mengajar, kayak; globe, peta super gede, TV buat nonton DVD film-film sejarah (dan DVD film-film apalah, pokoknya yang bisa di tonton dan ada hubungannya sama pelajaran!), sama beberapa rak buku besar yang isinya kamus-kamus, dan buku-buku pengetahuan lainnya. Oh, ya. Di sana juga ada 4 buah meja dan 4 buah kursi untuk belajar, serta sebuah sofa kecil yang berada di tengah-tengah meja beljar, dan posisinya menghadap tepat ke arah ruang kelas.
Anehnya, bukannya berada di antara 2 buah meja belajar, sofa itu malah nggak seimbang letaknya. Oke, gini lho maksudnya. Kalau ada 4 buah meja belajar, maka otomatis sofa itu kan (biar seimbang) ditaruhnya di antara tiap 2 meja belajar. Nah, ini enggak. Kalau dilihat dari ruang kelas bagian belakang, Di sebelah kiri ada 3 buah meja belajar, lalu di sebelah kanannya ada sofa itu. Lalu, di sebelah kanan sofa itu ada 1 meja belajar lagi, yang tepatnya di dekat jendela. Nah, jadinya kan posisi sofa itu di antara 3 meja belajar di sebelah kanan, dan 1 meja belajar di sebelah kiri (kalau dilihat dari belakang ruangan kecil itu, lho. Bukan dilihat dari ruang kelasnya). Duh, kok malah ngomongin letak? -___-"
Anyway, intinya si A duduk di meja belajar pertama dari kanan sofa itu, dan aku duduk di meja belajar sebelah kanannya si A. Sementara, yang duduk di sebelah kananku itu, um... Kalo nggak salah, seorang cewek gothic yang sering menyendiri. Nunduk terus, anaknya! Pokoknya, rada-rada serem deh! Hiii...~
Nah, ini dia yang aneh.. Tiba-tiba aja, ada seorang cewek remaja yang telat datengnya. Dia ngambil posisi duduk di meja belajar yang ada di sebelah kiri sofa kecil itu (jadi, terpisah sama meja belajar aku, si A, sama cewek gothic itu). Aku kira siapa, ternyata cewek itu Anna Popplewell! Alias pemeran Susan Pevensie di film Narnia. Aku nyaris speechless tapi tetap ngontrol diri *lebaaay*. Secara, gitu! Kalau yang dateng Skandar Keynes mungkin udah pingsan duluan -____- hahahahah
Nah, yang pertama kali maju itu aku. Aku lupa waktu itu aku nampilin apa. Pokoknya, pas udah selesai, lumayan banyak yang tepuk tangan dan guruku bilang performanceku bagus. Begitu aku duduk di kursiku, giliran yang dipanggil salah satu temen cowok yang dalam kehidupan nyata, dia emang sekelas sama aku. Sebut aja namanya si Z.
Anehnya, dia cuma disuruh baca sebuah wacana berbahasa Inggris yang dikasih dari guruku. Sama sekali nggak menampilkan performance seni apapun! "Good job, Z!" kata guruku, seraya tersenyum sama si Z, dan ketika si Z duduk, tanpa sengaja aku mendongak dan melihat ada sebuah spanduk besar yang menggantung dari ujung kiri ruang kelas sampai ujung kanannya. Kedatangan spanduk besar berwarna kuning itu diawali dengan asap berwarna pink yang mengepul, dengan bunyi "Buuff...!" Pokoknya, kayak yang di film-film kartun deh -___-
Anehnya, yang bisa ngeliat spanduk itu kayaknya cuma aku, karena selain suara "Bufff...!"-nya terdengar cukup keras, aku liat anak-anak di ruangan itu (bahkan si A, dan guruku!) nggak kelihatan menyadari adanya spanduk aneh itu.
Tulisannya "Reading and Speaking Test". Bersamaan dengan aku membaca tulisan itu, aku pun juga mendengar guruku berkata, "Okay, everybody. This is the Reading and Speaking Test!". Lhooo...? Perasaan tadi katanya ini audisi seni! Kenapa berubah jadi ambil nilai gitu, sih? Yeah, well.. Whatever.
Barulah, setelah si Z, Anna dipanggil untuk menampilkan performance-nya. Dia elegan dan cantik banget, deh! Dengan rambut tergerai natural, dan menggunakan gaun berbahan chiffon yang berwarna hitam, ia pun mengeluarkan biolanya. Ssebenernya, Anna nggak bisa main biola, tapi ini kan mimpi. Apa pun bisa terjadi! Hehehe :D
Dia bawain lagu klasik yang judulnya aku lupa. Pokoknya, bagus deh! Nggak false. Dan alhasil dia dapet banyak tepukan tangan dari semua anak-anak di situ. Well, sempet merasa ngiri juga sih waktu itu. Soalnya, aku juga bisa main biola :P
"Eh, si Anna tadi mainnya bagus banget, deh!" kataku kepada si A dengan suara yang cukup keras. Toh, Anna Popplewell nggak ngerti bahasa Indonesia, kan? Hehehe.. "Iya, keren banget!" jawab si A. Dan mendadak, aku jadi lupa waktu itu aku nampilin apa. Jadi dengan bodohnya, aku nanya ke si A, "Betewe, tadi gue nampilih apa, sih?" Mungkin si A udah jenuh di ajak ngobrol sama aku, jadi dia jawab dengan ekspresi wajah yang jutek, "Nggak tau deh."
Dan mungkin, pada saat itu guruku sadar kalau aku ngomong cukup keras, jadi dia beranjak dari kursinya dan berbicara (tepatnya, sih.. mengumumkan) kepada anak-anak yang ada di ruangan itu dengan suaranya yang lantang, "Ini, nih contoh yang nggak baik! Si Kezia udah dapet nilai yang bagus, tapi bukan berarti DIA boleh ngobrol, di saat orang lain lagi ambil nilai, kan?!" Bersamaan dengan kata 'DIA' guruku menuding ke arahku. Ish, nggak enak banget. Hahaha
Untungnya, banyak yang nggak ngerti bahasa Indonesia, jadi nggak semakin mempermalukan diri deh. Tiba-tiba aja Anna meraung kesakitan. Begitu aku nengok ke arahnya, meja belajarnya berubah jadi sofa panjang warna krem, dan posisi duduknya berubah. Jadi, kedua kakinya diluruskan di atas sofa itu.
Guruku bertanya, si Anna kenapa. Anna bilang kakinya terkilir. Jadi, guruku langsung memberikan pertolongan pertamanya: mengoleskan balsem di bagian kaki Anna yang terkilir. Just then, aku merasa rohku terangkat keluar dari tubuhku. Tiba-tiba aja aku bisa ngeliat sendiri seluruh tubuhku. Dan tubuhku serasa di 'freeze'. Persis kayak patung!
Terus, tiba-tiba aja aku merasa rohku tertarik keluar dari gedung sekolah aneh itu, dan sampai di sebuah tempat bermain semacam Time Zone. Di situ aku ngeliat ada William Moseley (pemeran Peter Pevensie) dan Skandar Keynes (pemeran Edmund Pevensie) yang lagi lari-lari di sekeliling tempat itu.
Keliatannya sih, mereka lagi nyari tempat keluar dari 'Time Zone' itu. Aku tau dimana tempat keluarnya. Tapi kan, mustahil rasanya, kalau mereka bisa ngeliat aku yang cuma sebagai makhluk halus waktu itu.
But still, a dream is a dream. Jadi Will yang duluan ngeliat aku dan dia nanya, "Have you seen Susan?" aku otomatis langsung berkerut, dan menjawab "Well, yeah.. She's in my class room. What's wrong?" "She's in dangerous! Voldemort wants to kill her!" kata Skandar. Hah?! Kok nyambungnya ke Voldemort, sih? -____- Sumpah, waktu di sini, aku ngeliat Skandar masih keciiil banget. Mirip kayak yang di Narnia yang pertama. Cuma, bedanya, dia (sama Will) pakai seragam sekolah mereka yang di Narnia: Prince Caspian, yaitu; kemeja lengan panjang warna putih, dasi bergaris-garis, celana panjang cokelat, sama jaket biru tua. Oh, ya! Si Skandar juga pakai topi warna biru tua. Hahahaha, di situ dia imuut banget, deh! ^^
Aku mengangguk, dan bilang "This way!" Akhirnya, aku ngerasa bisa terbang dan nunjukin jalan yang tepat yang bisa membawa mereka ke ruang kelas yang super aneh tadi. Sampai akhirnya aku menemukan sebuah 'tangki' besar di lantai 2 (ceritanya 'Time Zone'nya 2 lantai). Pas aku buka sebuah 'pintu', keluarlah uap panas dari 'tangki' raksasa itu. "Um... Are you sure that THIS is the right place to go to your class room? 'Cause it looks like a giant pan.." kata Skandar, dengan suara anak kecil. Aku cuma bisa mengangguk sambil ketawa kecil gara-gara dia ngomong 'giant pan' dan lalu mempersilakan mereka masuk duluan.
Tiba-tiba, di sekeliling ada lingkarang warna hitam-putih, dan kita serasa jatuh dari ketinggian 1.000 meter dan akhirnya, sampai di ruangan kecil di tempat aku sama si A, dan Anna, juga si cewek gothic itu duduk.
"Peter! Ed! I miss you guys... Where's Lucy?" tanya Anna seraya menghampiri mereka berdua. Tiba-tiba aja kakinya jadi sembuh. "She's still in Narnia. I think it's better for us to go back to Narnia, now. Aslan needs us!" jawab Will. "Yeah! And Voldemort wants to kill you!!" tambah si Skandar. "What?! Oh, no.. Well, okay, then. Thank you, Miss. We'd better go now, Peter and Ed!" Kata Anna sama guruku, dan mereka bertiga menghilang di balik pintu.
Nyaris aja guruku mengguncang-guncangkan tubuhku yang masih dalam keadaan 'freeze' alias kayak patung; tangan kiri di pangku di atas meja, dan dagu di atas telapak tangan kiriku itu. Untungnya, aku langsung bangun. Kalau enggak, entah apa yang akan dilakukan guruku senadainya dia tau bahwa aku sebenernya waktu nggak bernyawa... Hiii..~
So? How was that? Bagus? Jelek? Terlalu berkhayal? Kayaknya option yang ketiga yang paling tepat buat mimpiku yang tadi. Believe me, itu mimpi emang nggak di tambah-tambahin ceritanya, tapi emang sama persis kayak mimpiku. Wwkwkwkwk :P
Selamat Tahun Baru 2011!!!
-Kezia Tania-
Jadi, semalem tuh aku mimpi sekolahku ngadain semacam acara audisi. Pelaksanaannya di gedung sekolah juga. Tapi, sekolahnya bedaaaaa banget sama sekolahku yang aslinya. Sekolah mirip kayak sekolah-sekolah di Amerika. Gedungnya berwarna-warni, dan banyak loker yang bentuknya tinggi-tinggi. Wah, pokoknya bedaaa banget deh sama sekolahku yang asli! Nah, audisi itu memang khusus audisi seni.
Jurinya adalah guru Conversationku (maaf, ya Miss, pinjem karakternya di mimpi saya! Hehehehe :D). Sebut saja guru Conversation sebagai Miss X. Nah, otomatis kita yang ada di kelas itu seharusnya berbicara dengan bahasa Inggris.
Wah, pokoknya persis banget deh suasananya dengan suasana mau ngambil nilai Conversation yang temanya 'Talent' (waktu itu sempat ambil nilai dengan tema tersebut, di kelas 'asli'ku!). Anak-anak yang ikut audisi itu bisa dibilang cuma sedikit. Yaaah, nggak nyampe 1 kelas lah (1 kelas di kelasku isinya ada 34 anak!). Berhubung karena ruangan kelasnya sedikit lebih kecil dari ruangan kelasku yang asli, dan mungkin karena sebagiannya lagi nggak berminat ikutan ajang seperti, kali? Nah, untuk yang nggak ikutan audisi ini, diliburkan di rumah masing-masing (tapi besokannya masuk lagi, dooong.. enak aje.. hahaha!)
Uniknya, yang ikutan nggak cuma anak-anak yang ada di sekolahku. Tapi ada juga yang dari sekolah-sekolah lain, bahkan ada juga yang dari negara lain! Buktinya, banyak juga yang bule, yang berkulit hitam, dan yang oriental-oriental juga nggak sedikit. Naaah, aku sama salah satu temenku yang paling deket (sebut saja, namanya sebagai si 'A') juga ikutan. Waktu itu cuacanya ceraaah banget. Pokoknya, membawa perasaan bahagia deh! *lebaaay* Dan kita boleh bebas mau duduk diamna aja.
Ruangan kelas itu ternyata terhubung dengan sebuah ruangan yang ukuranya lebih kecil dari ukuran ruang kelas itu. Nggak ada pintu maupun gorden maupun papan, maupun benda-benda lainnya yang menutupi ruangan kecil itu, sehingga ruangan kecil itu bisa terlihat secara langsung dari ruang kelas. Nah, di ruangan kecil itu terdapat berbagai macam barang-barang penunjang kegiatan belajar-mengajar, kayak; globe, peta super gede, TV buat nonton DVD film-film sejarah (dan DVD film-film apalah, pokoknya yang bisa di tonton dan ada hubungannya sama pelajaran!), sama beberapa rak buku besar yang isinya kamus-kamus, dan buku-buku pengetahuan lainnya. Oh, ya. Di sana juga ada 4 buah meja dan 4 buah kursi untuk belajar, serta sebuah sofa kecil yang berada di tengah-tengah meja beljar, dan posisinya menghadap tepat ke arah ruang kelas.
Anehnya, bukannya berada di antara 2 buah meja belajar, sofa itu malah nggak seimbang letaknya. Oke, gini lho maksudnya. Kalau ada 4 buah meja belajar, maka otomatis sofa itu kan (biar seimbang) ditaruhnya di antara tiap 2 meja belajar. Nah, ini enggak. Kalau dilihat dari ruang kelas bagian belakang, Di sebelah kiri ada 3 buah meja belajar, lalu di sebelah kanannya ada sofa itu. Lalu, di sebelah kanan sofa itu ada 1 meja belajar lagi, yang tepatnya di dekat jendela. Nah, jadinya kan posisi sofa itu di antara 3 meja belajar di sebelah kanan, dan 1 meja belajar di sebelah kiri (kalau dilihat dari belakang ruangan kecil itu, lho. Bukan dilihat dari ruang kelasnya). Duh, kok malah ngomongin letak? -___-"
Anyway, intinya si A duduk di meja belajar pertama dari kanan sofa itu, dan aku duduk di meja belajar sebelah kanannya si A. Sementara, yang duduk di sebelah kananku itu, um... Kalo nggak salah, seorang cewek gothic yang sering menyendiri. Nunduk terus, anaknya! Pokoknya, rada-rada serem deh! Hiii...~
Nah, ini dia yang aneh.. Tiba-tiba aja, ada seorang cewek remaja yang telat datengnya. Dia ngambil posisi duduk di meja belajar yang ada di sebelah kiri sofa kecil itu (jadi, terpisah sama meja belajar aku, si A, sama cewek gothic itu). Aku kira siapa, ternyata cewek itu Anna Popplewell! Alias pemeran Susan Pevensie di film Narnia. Aku nyaris speechless tapi tetap ngontrol diri *lebaaay*. Secara, gitu! Kalau yang dateng Skandar Keynes mungkin udah pingsan duluan -____- hahahahah
Nah, yang pertama kali maju itu aku. Aku lupa waktu itu aku nampilin apa. Pokoknya, pas udah selesai, lumayan banyak yang tepuk tangan dan guruku bilang performanceku bagus. Begitu aku duduk di kursiku, giliran yang dipanggil salah satu temen cowok yang dalam kehidupan nyata, dia emang sekelas sama aku. Sebut aja namanya si Z.
Anehnya, dia cuma disuruh baca sebuah wacana berbahasa Inggris yang dikasih dari guruku. Sama sekali nggak menampilkan performance seni apapun! "Good job, Z!" kata guruku, seraya tersenyum sama si Z, dan ketika si Z duduk, tanpa sengaja aku mendongak dan melihat ada sebuah spanduk besar yang menggantung dari ujung kiri ruang kelas sampai ujung kanannya. Kedatangan spanduk besar berwarna kuning itu diawali dengan asap berwarna pink yang mengepul, dengan bunyi "Buuff...!" Pokoknya, kayak yang di film-film kartun deh -___-
Anehnya, yang bisa ngeliat spanduk itu kayaknya cuma aku, karena selain suara "Bufff...!"-nya terdengar cukup keras, aku liat anak-anak di ruangan itu (bahkan si A, dan guruku!) nggak kelihatan menyadari adanya spanduk aneh itu.
Tulisannya "Reading and Speaking Test". Bersamaan dengan aku membaca tulisan itu, aku pun juga mendengar guruku berkata, "Okay, everybody. This is the Reading and Speaking Test!". Lhooo...? Perasaan tadi katanya ini audisi seni! Kenapa berubah jadi ambil nilai gitu, sih? Yeah, well.. Whatever.
Barulah, setelah si Z, Anna dipanggil untuk menampilkan performance-nya. Dia elegan dan cantik banget, deh! Dengan rambut tergerai natural, dan menggunakan gaun berbahan chiffon yang berwarna hitam, ia pun mengeluarkan biolanya. Ssebenernya, Anna nggak bisa main biola, tapi ini kan mimpi. Apa pun bisa terjadi! Hehehe :D
Dia bawain lagu klasik yang judulnya aku lupa. Pokoknya, bagus deh! Nggak false. Dan alhasil dia dapet banyak tepukan tangan dari semua anak-anak di situ. Well, sempet merasa ngiri juga sih waktu itu. Soalnya, aku juga bisa main biola :P
"Eh, si Anna tadi mainnya bagus banget, deh!" kataku kepada si A dengan suara yang cukup keras. Toh, Anna Popplewell nggak ngerti bahasa Indonesia, kan? Hehehe.. "Iya, keren banget!" jawab si A. Dan mendadak, aku jadi lupa waktu itu aku nampilin apa. Jadi dengan bodohnya, aku nanya ke si A, "Betewe, tadi gue nampilih apa, sih?" Mungkin si A udah jenuh di ajak ngobrol sama aku, jadi dia jawab dengan ekspresi wajah yang jutek, "Nggak tau deh."
Dan mungkin, pada saat itu guruku sadar kalau aku ngomong cukup keras, jadi dia beranjak dari kursinya dan berbicara (tepatnya, sih.. mengumumkan) kepada anak-anak yang ada di ruangan itu dengan suaranya yang lantang, "Ini, nih contoh yang nggak baik! Si Kezia udah dapet nilai yang bagus, tapi bukan berarti DIA boleh ngobrol, di saat orang lain lagi ambil nilai, kan?!" Bersamaan dengan kata 'DIA' guruku menuding ke arahku. Ish, nggak enak banget. Hahaha
Untungnya, banyak yang nggak ngerti bahasa Indonesia, jadi nggak semakin mempermalukan diri deh. Tiba-tiba aja Anna meraung kesakitan. Begitu aku nengok ke arahnya, meja belajarnya berubah jadi sofa panjang warna krem, dan posisi duduknya berubah. Jadi, kedua kakinya diluruskan di atas sofa itu.
Guruku bertanya, si Anna kenapa. Anna bilang kakinya terkilir. Jadi, guruku langsung memberikan pertolongan pertamanya: mengoleskan balsem di bagian kaki Anna yang terkilir. Just then, aku merasa rohku terangkat keluar dari tubuhku. Tiba-tiba aja aku bisa ngeliat sendiri seluruh tubuhku. Dan tubuhku serasa di 'freeze'. Persis kayak patung!
Terus, tiba-tiba aja aku merasa rohku tertarik keluar dari gedung sekolah aneh itu, dan sampai di sebuah tempat bermain semacam Time Zone. Di situ aku ngeliat ada William Moseley (pemeran Peter Pevensie) dan Skandar Keynes (pemeran Edmund Pevensie) yang lagi lari-lari di sekeliling tempat itu.
Keliatannya sih, mereka lagi nyari tempat keluar dari 'Time Zone' itu. Aku tau dimana tempat keluarnya. Tapi kan, mustahil rasanya, kalau mereka bisa ngeliat aku yang cuma sebagai makhluk halus waktu itu.
But still, a dream is a dream. Jadi Will yang duluan ngeliat aku dan dia nanya, "Have you seen Susan?" aku otomatis langsung berkerut, dan menjawab "Well, yeah.. She's in my class room. What's wrong?" "She's in dangerous! Voldemort wants to kill her!" kata Skandar. Hah?! Kok nyambungnya ke Voldemort, sih? -____- Sumpah, waktu di sini, aku ngeliat Skandar masih keciiil banget. Mirip kayak yang di Narnia yang pertama. Cuma, bedanya, dia (sama Will) pakai seragam sekolah mereka yang di Narnia: Prince Caspian, yaitu; kemeja lengan panjang warna putih, dasi bergaris-garis, celana panjang cokelat, sama jaket biru tua. Oh, ya! Si Skandar juga pakai topi warna biru tua. Hahahaha, di situ dia imuut banget, deh! ^^
Aku mengangguk, dan bilang "This way!" Akhirnya, aku ngerasa bisa terbang dan nunjukin jalan yang tepat yang bisa membawa mereka ke ruang kelas yang super aneh tadi. Sampai akhirnya aku menemukan sebuah 'tangki' besar di lantai 2 (ceritanya 'Time Zone'nya 2 lantai). Pas aku buka sebuah 'pintu', keluarlah uap panas dari 'tangki' raksasa itu. "Um... Are you sure that THIS is the right place to go to your class room? 'Cause it looks like a giant pan.." kata Skandar, dengan suara anak kecil. Aku cuma bisa mengangguk sambil ketawa kecil gara-gara dia ngomong 'giant pan' dan lalu mempersilakan mereka masuk duluan.
Tiba-tiba, di sekeliling ada lingkarang warna hitam-putih, dan kita serasa jatuh dari ketinggian 1.000 meter dan akhirnya, sampai di ruangan kecil di tempat aku sama si A, dan Anna, juga si cewek gothic itu duduk.
"Peter! Ed! I miss you guys... Where's Lucy?" tanya Anna seraya menghampiri mereka berdua. Tiba-tiba aja kakinya jadi sembuh. "She's still in Narnia. I think it's better for us to go back to Narnia, now. Aslan needs us!" jawab Will. "Yeah! And Voldemort wants to kill you!!" tambah si Skandar. "What?! Oh, no.. Well, okay, then. Thank you, Miss. We'd better go now, Peter and Ed!" Kata Anna sama guruku, dan mereka bertiga menghilang di balik pintu.
Nyaris aja guruku mengguncang-guncangkan tubuhku yang masih dalam keadaan 'freeze' alias kayak patung; tangan kiri di pangku di atas meja, dan dagu di atas telapak tangan kiriku itu. Untungnya, aku langsung bangun. Kalau enggak, entah apa yang akan dilakukan guruku senadainya dia tau bahwa aku sebenernya waktu nggak bernyawa... Hiii..~
So? How was that? Bagus? Jelek? Terlalu berkhayal? Kayaknya option yang ketiga yang paling tepat buat mimpiku yang tadi. Believe me, itu mimpi emang nggak di tambah-tambahin ceritanya, tapi emang sama persis kayak mimpiku. Wwkwkwkwk :P
Selamat Tahun Baru 2011!!!
-Kezia Tania-