So I'm now totally free. Free from homework, tests, angry teachers, and some annoying schoolmates.
It's just that I can't resist myself from anxiety that I haven't got any school that I will attend.
I mean I have already chosen 3 different senior highs but not really sure if I WILL attend one of those schools.
My first choice is a school where almost everyone knows how good that school is. While the two choices? Well... Not almost all of them knows how good they are.
The problem is that the first choice is a little bit far from my hometown. I surely know that it needs around an hour or so to get into that school from my house, if I go by a car in the morning.
Not including how bad the traffic will be around the school's area. Especially,when schools out at late afternoon (around 4 or 5 pm). So many people are out from work and there's gotta be a major traffic out there.
And so, yeah. This is so confusing.
Along with the fact that I get a... Well, not pretty enough score to get to attend that school, makes me harder to compete with other kids who choose that school as their first choice too.
I don't understand why, but I'm sure that I've done the best for myself by getting that kind of score.
I mean, most of my schoolmates did join some extra classes in some learning centers that helped them to learn harder and harder, and how to solve several kinds of tests from year to year (including the hard one), that also reduced their time to get rest after attending extra classes from school (which all of us have to attend when we're all in 9th grade), and arrived at home so late at around 8 pm (some even arrived at 9, according to their statuses on Twitter and Facebook).
And I didn't even join any learning courses out from school.
Didn't mean to brag anyway, but that's the truth. Am so weird that when I get to be a 9th grader, I stopped every learning courses I joined and it was English course also Maths.
I actually didn't really want to stop but I just didn't have enough time to have such thing while attending the extra classes that you really have to at school.
This is actually a little bit weird cause most of friends, well, almost all of them just started to attend so many learning courses after school, and also on weekends :/
I've once asked them if they get way more tired than they actually thought they would be, and they all of them answered "Hell yeah! Of course!"
I just realized I asked a dumb question.
So I asked them why did they still attend it if they didn't even have enough time to rest when they knew they needed such time to keep healthy and get prevent from being depressed.
Most of them said that it was because their parents wanted them to get the highest score they could get later after the crazy tests.
Hmm. Strict parents. Hard life.
Mine are not really strict, they actually let me to do stuffs I want to do and say if I get into a risk because of it, then I have to face it myself. So it's more like how you survive in life independently. Well sometimes, get too much into my own problems like how I want to lead myself in my life but that's all okay. Though they're even way more experienced than myself.
So back to the learning courses.
I have a friend who actually didn't attend any learning courses since she was in 7th grade and she's smart. She got almost 1 point higher than me on our national exam result. Well, she actually has 5 older siblings (she's the 6th child of 7 in her fam!) who always have enough time to teach her, or just answer some questions she doesn't understand about some lessons in school.
I have another friend who has 3 older siblings (she's the 4th of 5) who seemed... Well, I don't know. According to myself, she looked a bit cocky with the fact that she's great at maths and physics and biology, and other mathematical things. The funny fact, is that she actually learned those stuffs from her older siblings, who's the oldest is a maths teacher and the second and the third are part from smart students in our school. Plus, she also attended soooo many learning courses like maths, science, English, and stuffs and that she almost arrived at home at around 9 pm!
She should be grateful to have such smart and helper siblings but she had never tell me about that ever. Or at least, tell me that she doesn't actually learn those stuffs all by herself.
Well I know I also didn't learn the same thing by myself but at least I don't have any siblings that can help me to learn it further and better than I can. My parents rarely taught me about school subjects since I was a kid, and they just give the alternative for me like internet, books, and 2 learning courses (maths and English).
What I want to share is that there is a difference between my friend who studied mostly by herself and only asked when she didn't understand with the other who actually learned almost all stuffs with her siblings.
Yes. The achievement.
They both got almost the same score at the end.
Doesn't it mean that the one who studied by herself actually way better than the one who studied with so many learning courses?
Well, it seemed that the last one got a little bit higher than the first one but who cares? People know that in the end, when you actually work by yourself, you get it payed off.
Am not bragging myself that I didn't even attend any learning courses and that I learned by myself during the final exams and national exam and still get an average score as 9.25 out of 10.
Most of students here in the big cities attend learning courses.
So it was actually not 'fair' if they see a kid with high score, but then see another one with higher score but actually did join some learning courses before and they choose the higher one.
Now I'm so anxious. Wish me luck so I will attend that school.
LULUS!
Saya sudah lulus~
Hehehe.
Yang jadi masalah sekarang, adalah sekolah menengah atas manakah yang akan menjadi next destination saya ._.
Cukup sekian, Terima Kasih.
Saya sudah lulus~
Hehehe.
Yang jadi masalah sekarang, adalah sekolah menengah atas manakah yang akan menjadi next destination saya ._.
Cukup sekian, Terima Kasih.
Akhirnya, setelah sekitar 2 jam duduk di pesawat, nggak ke toilet (emang karena nggak butuh sih), dan leher pun pegel-pegel karena nengok ke jendela, kita pun sampe juga di Bali.
Pas mau landing, yang kita liat cuma laut. Nggak berapajlas sih, tapi gue bisa liat ada perahu-perahu sama orang-orang di dalemnya! :D hohoho.
Nggak tau kenapa, tapi kok rasanya berasa de javu gitu ._.
Ah, lupakan lah.
Trus, kita pun turun dari pesawat. Langit pun warnanya berubah jadi oranye karena udah sore. Kalo nggak salah, udah jam 4 sore gitu di Bali.
Bagus, deh :)
Dilihat dari pesawat, Dix-Sept yang udah pada turun keliatan kayak semut. Lebay ah.
Yup.
Banyak banget.
Rame banget.
Banyak yang pada foto-foto disitu.
Gue sendiri sama temen-temen yang lain pada bengong.
Sebenernya sih pengen juga foto-foto biar bisa punya kenangan landing pertama kalinya bareng Dix-Sept di Bali. Tapi... Nggak sempet karena udah keburu disuruh sama guru-guru ngikutin mereka.
Kita pun keluar dari bandara dengan 4 buah bis, dimana di dalem tiap bis itu berisi anak-anak sesuai urutan absensi dari 9A sampai 9C.
Sayang sekali gue nggak satu bis dengan Aivi, Sheila, maupun Priscilla. Tapi gue satu bis sama Nadia dan Cia. Jadi lumayan, masih ada temennya meskipun itu artinya gue nggak punya temen sebangku karena anak-anak ceweknya ganjil. But still, gue duduk di belakang mereka jadi gampang-gampang aja pas lagi ngobrol.
Sekeluarnya dari bandara, entah kenapa rasanya kayak nggak berasa lagi di Bali.
Mungkin karena suasananya nggak begitu berbeda kali, sama di Jakarta waktu kita jalan menuju ke GWK (Garuda Wisnu Kencana) untuk makan malem.
Disana, kita semua dibagiin semacem tiket masuk (atau tiket makan? Gee. Gue sungguh murid yang ngga perhatian sama hal-hal seperti ini kalo lagi ikutan field trip) sebelum bener-bener masuk ke dalem.
Tempatnya bagus banget. Sayang sekali kamera yang gue bawa nggak bisa hidup dengan baik. Nggak tau kenapa. Mungkin karena batrenya abis kali.
Yang lain pada foto-foto, gue sendiri cuma manyun nikmatin pemandangan tinggi dari bagian atas GWK tersebut, yang dimana disana ada patung Wisnu yang gede banget which will be taller than Liberty statue and that means, it'll be the tallest statue ever in the world (with 75 meters tall and 60 meters width) after it is finished to be combined with another statue; the Wisnu God's hands.
Aduh. Emang rada payah sih gue kalo ngomongin soal informasi wisata.
Akhirnya gue numpang foto-foto bareng Sheila sama Aivi pake kamera mereka -_-
Nggak berapa lama kemudian, kita disuruh turun ke bawah buat makan.
Tempatnya nggak begitu istimewa, serta nggak begitu jelek.
Lumayan lah. Toh, kita cuma anak-anak SMP dan nggak butuh makan di tempat-tempat elite.
Ada yang ngiringin juga.
Makanannya prasmanan, jadi kita bisa bebas ngambil apa aja yang kita suka sampai perut gembul.
Ada orang lain juga yang makan disana selain Dix-Sept dan guru-guru kita.
Selang beberapa menit, kalo nggak salah sih sekitar 45 menitan gitu lah.
Kita semua keluar dari tempat makan itu, dan tepat turun dari tempat itu (kan tempatnya tinggi gitu) dan turun (ada tangga pendek) dan di seberangnya ada toko souvenir Bali.
Kirain mau beli beneran. ternyata cuma numpang lewat doang karena bis kita ada di seberang luar toko itu.
Lucu-lucu sih barangnya. Sayang mereka pake hitungan internasional jadinya mahal banget.
Masa gantungan kunci yang bentuknya kucing-kucingan gitu (bentuk boneka kecil), dengan lapisan kain bermotif Bali-Balian, harganya 60 ribu.
Padahal kalo diukur pake penggaris, tingginya cuma 5 cm.
Di tempat makan yang tadi aja, ada daftar minuman di secarik karton kecil yang ditaruh di setiap meja yang bertuliskan bahwa soft drink dan es teh manis aja 15 ribu.
Oke. Cukup. Terima kasih.
Yah tapi itulah bedanya Bali sama Jakarta -_- Bali kan udah internasional banget. Gue bahkan sempet baca di sebuah forum luar negeri di internet, bahwa kebanyakan turis itu lebih tau tentang Bali daripada tentang Indonesia-nya sendiri.
Gila gak tuh.
Pas duduk di bis, langit rasanya udah gelap banget karena emang udah sekitar jam 7-an.
Gue sendiri merasa tetep kepanasan no matter what selama di Bali mulai dari menginjakan kaki di bandara.
Kok kayaknya Bali berasa lebih panas daripada di Jakarta ya -_-
Akhirnya kita menuju ke hotel.
Gue berpikir bahwa hotel yang akan kita tumpangi adalah hotel yang.. Yah, biasa aja gitu. Tapi ternyata lumayan juga.
Begitu nyampe hotel, gue langsung ketemu sama temen nyokap gue dan gue pun langsung ngasih klappertaart bikinan emak.
"Ehh, Kezia ya? Udah anak gadis, ya!"
"Hehehe... ^^' Oh ya, ini klappertaart-nya, Inanguda."
"Ooh, iya iya. Makasih, ya. Ya ampun kamu jadi bawa-bawa ginian di pesawat dong ya?"
"Yah.. Begitulah. Hehehe"
"Eh ini, Inanguda udah bungkusin oleh-olehmu. Kemaren-kemaren mama udah nitip suruh cariin oleh-oleh. Jadi besok kamu gak usah beli-beli oleh-oleh makanan lagi, ya. Ini soalnya udah banyak nih. Hehe"
Yao.
Di depan gue, persis di atas sofa yang tadi di dudukin sama temen nyokap gue dan anaknya ini terdapat sebuah kardus seukuran kardus air minum yang bertuliskan nama gue, lengkap dengan kota tempat tinggal gue dan nama sekolahnya.
Yao.
"Eh, kayaknya kamu abis ini langsung ada pengumuman lagi deh. Inanguda ngajak jalan-jalannya besok aja kali ya? Kasian kamu, baru nyampe udah jam segini."
"Oh, iya.. Nggak apa-apa kok, Inanguda."
"Inanguda duluan, yaa"
"Iyaa.. Makasih Inanguda buat oleh-olehnya.."
Akhirnya, temen nyokap beserta anaknya pun cabut dari hotel.
Berasa nggak enak, gue pun buru-buru pindah ke tempat yang udah di sediain sama Sheila.
Nggak tau, gue yang ke-geeran atau emang beneran, soalnya anak-anak disitu pada ngeliatin gue yang barusan lagi bengong di tengah kerumunan Dix-Sept sambil megang kardus berisi oleh-oleh itu.
Kita pun dibagiin kunci kamar.
Oh tunggu dulu.
Bukan 'kunci' deng. Tapi kartu.
Secara, di era globalisasi seperti ini, kita udah nggak jaman lagi pake kunci~
Hahahahaha
Gue dan Sheila (temen sekamar) dapet kamar nomer 243 :)
Kita pun langsung mengambil koper-koper kita dan headed to our own rooms.
Setelah berkumpul bareng Sheila dkk, gue poker face sendiri.
Barang bawaan gue banyak yo.
Gila. Padahal baru nyampe Bali, tapi udah bejibun begini -_-
Akhirnya, dengan bantuan Sheila yang sekalian megangin tas gede gue yang ditaruh di bagasi, gue pun memeluk si kardus oleh-oleh dan kita berdua ngantri di depan lift kayak orang deso ._.
"Itu apaan?" tanya Bu Lina, keliatan agak sewot ngeliat kardus yang gue bawa-bawa.
"Ini... Mm.. Itu Bu, apa.. Aduh. Mmm.. Oleh-oleh dari temen mama saya yang tinggal di sini. Hehehe"
"Mm.."
"Jadi nanti kamu nggak usah beli-beli oleh-oleh lagi dong ya?" Mam Wiwin pun nimbrung.
"Yah, begitulah Mam."
"Oo.. Enak banget yaa.." tambah Bu Lina, masih dengan tampang yang menurut gue, rada sewot gitu.
Gue nggak ngerti apa yang membuat wajah guru matematika kelas reguler ini jadi bertampang sewot begitu. Entah karena penampilan gue yang kesannya "ih kok kampungan banget sih? malu-maluin nama sekolah tau. udah tau kita lagi di hotel kayak begini." karena gue bawa-bawa kardus segala. Atau karena dia rada iri because that box means that I don't have to spend my money to buy another souvenirs here.
Bahkan dari raut wajah Mam pas dia nanya pun tersirat aura-aura rada nggak suka gitu.
Oh well.
Whatever.
It wasn't my fault, was it? :P
So back to the topic.
Kamar kita terletak di lantai 2, sedangkan kamarnya Aivi dan Cilla terletak di lantai 5, which it means, di lantai 4.
Gue nggak tau kenapa seluruh pendiri-pendiri hotel tampaknya begitu terobsesi dengan takhayul-takhayul macam nomer-nomer kesialan kayak begini.
Nomer 4 lah, 13 lah..
Gue sendiri yakin kalo pun punya hotel, akan membuat lantai bernomor 4 dan 13.
But wait.
Takut juga sih rasanya.
But the fact that the 5th floor is actually the 4th in every hotel =_=
Toh, kalo dihitung dari luar, pasti; 1, 2, 3, 4, 5...
Bukan 1, 2, 3, 5.
Oh okelah. Balik lagi ke topik.
Akhirnya, gue dan Sheila pun sampe juga di luar pintu kamar kita.
Sheila yang memegang kartu kamar pun tampak bingung dan.. Well, rada panik pas mau ngebuka pintu.
"Eh, ini gimana ini Kez?" tanyanya seraya membolak-balik kartu.
"Oh, sini Shel.."
Niit.
Terdengar suara mesin pembaca kartu dan pintu pun bisa dibuka.
Sheila pun ber-oh sambil membuka pintu dan masuk duluan.
Dan woohh.
Kamarnya bagus ~\*0*/~
Kamar mandinya aja lebih rapi daripada di rumah ._. huohoho.
Gue dan Sheila mulai menggila dengan menyentuh segala benda yang ada di kmar itu.
Dengan nuansa ungu, oranye, dan hijau, kamar dan hotel itu secara keseluruhan keliatan cukup cozy.
"Nyalain TV aahh~" ucap gue, sementara si Sheila lagi beres-beresin kopernya dengan rapi. Gue punya ransel aja tergeletak begitu aja di atas tempat tidur.
Dan gue, dengan noraknya berseru, "Eehh! Ada channel luar jugaa! Aaa! Ada starworld!"
Ya iyalah. Udah pasti ada. Harus itu. Channel-channel luar negri wajib ada di setiap hotel di Bali.
Bali gitu loh.
Udah internationally well-known.
Gue dan Sheila akhirnya nonton 'Got to Dance UK' sampe sekitar jam 12-an.
Seru banget.
"Shel, gue pake kamar mandi ya." ucap gue akhirnya.
Gue pun mandi. Dan tau sendiri kalo mandi gue bisa sampe setengah jam gak peduli mau jam 3 pagi sekali pun.
Jegress..
"Shel, sor banget ya gue lama banget di kamar mandi.."
"Eh, iya Kez. Gak apa-apa, kok"
"Gih, pake kamar mandinya"
Jleb. Gatau kenapa ya rasanya kok kata 'gih' terdengar terlalu keji di telinga.
Udah tau temen gue yang unik itu sabar banget nunggu giliran pake kamar mandi, gue pake kata 'itu' pula.
Merasa bersalah.
Tuhan.
Selang 15 menit, Sheila pun keluar.
Gue sendiri sedang sibuk nyari wifi hotel ini.
"Eh, ada wifi lho Shel!"
"Oh ya?" seneng rasanya ngeliat sobat gue ini mukanya berubah cerah.
"Tapi pake password.."
"Yaah.."
"Gue tanya ke resepsionisnya ya."
Tuut...
"Selamat malam, dengan hotel Tralala, ada yang bisa saya bantu?" terdengar suara sang resepsionis.
"Malam.. Mm.. Boleh saya minta password wifi-nya Pak?"
"Oh iya, silakan. Ibu ada di kamar nomor berapa?"
'Ibu'........
"243."
"243 ya, Bu. Passwordnya nanti Ibu bisa isi dengan 'allyeah243'."
"Maaf Pak, passwordnya tadi apa? Bisa tolong diulangi?"
"'allyeah243'."
"'allyeah243'. Makasih ya Pak."
"Baik, sama-sama. Selamat malam."
Klik.
"Apa Kez passwordnya?" tanya Sheila.
"Katanya 'allyeah243' shel."
Gue dan Sheila langsung secepat roket mengisi password wifi di hape kita masing-masing.
"Yes! Bisa bisa bisaaa~" girang gue bak anak kecil.
"Lo bisa Kez? Aduh gue gabisa masa?"
"Masa sih?"
"Iya.."
"Coba, gue bantu. Siapa tau bisa. Hehe."
"Hoho."
Tapi percuma aja. Mau sampai sejam pun juga gabisa-bisa. Kenapa? Karena gue sendiri sudah mencobanya.
"Aduh, gabisa Shel.." dengan amat sangat menyesal, gue mengembalikan hp-nya.
"Yaahh... Ck. Yaudah deh Kez, gapapa."
Gue sungguhlah bukan sobat yang baik. Bagaimana pun juga, hasrat untuk surfing pake wifi dalam diri gue gabisa dihilangkan meski dalam keadaan kayak gitu.
Dengan lirih, gue lirik Sheila yang lagi nonton kartun di channel Disney.
Ah. Payah banget sih gue.
Akhirnya, gue pun ikut nonton bareng dia supaya adil meskipun sambil megang-megang hp.
Tepat sekitar jam 2, gue pun nanya sama Sheila yang udah keliatan terkantuk-kantuk, "Shel, lo... Masih mau nonton atau ngga?"
"Mm? Oh. Ehm. Ga deh."
"Matiin aja nih, TV-nya?"
"Iya."
"Lampunya mau gue matiin semua, atau lo mau pake lampur tidur?"
"Nyalain aja deh Kez tapi jangan semua."
"Sip."
Sempet rada bingung sih sama lampu-lampunya. Tapi toh, akhirnya kita berhasil juga dapet pencahayaan yang Sheila mau.
Gue pun mematikan koneksi wifi-nya dan pergi tidur, meskipun gue sendiri masih belom ngantuk.
And wishing to be a better friend for this girl beside me, on the next day.
Pas mau landing, yang kita liat cuma laut. Nggak berapajlas sih, tapi gue bisa liat ada perahu-perahu sama orang-orang di dalemnya! :D hohoho.
Nggak tau kenapa, tapi kok rasanya berasa de javu gitu ._.
Ah, lupakan lah.
Trus, kita pun turun dari pesawat. Langit pun warnanya berubah jadi oranye karena udah sore. Kalo nggak salah, udah jam 4 sore gitu di Bali.
Bagus, deh :)
Dilihat dari pesawat, Dix-Sept yang udah pada turun keliatan kayak semut. Lebay ah.
Yup.
Banyak banget.
Rame banget.
Banyak yang pada foto-foto disitu.
Gue sendiri sama temen-temen yang lain pada bengong.
Sebenernya sih pengen juga foto-foto biar bisa punya kenangan landing pertama kalinya bareng Dix-Sept di Bali. Tapi... Nggak sempet karena udah keburu disuruh sama guru-guru ngikutin mereka.
Kita pun keluar dari bandara dengan 4 buah bis, dimana di dalem tiap bis itu berisi anak-anak sesuai urutan absensi dari 9A sampai 9C.
Sayang sekali gue nggak satu bis dengan Aivi, Sheila, maupun Priscilla. Tapi gue satu bis sama Nadia dan Cia. Jadi lumayan, masih ada temennya meskipun itu artinya gue nggak punya temen sebangku karena anak-anak ceweknya ganjil. But still, gue duduk di belakang mereka jadi gampang-gampang aja pas lagi ngobrol.
Sekeluarnya dari bandara, entah kenapa rasanya kayak nggak berasa lagi di Bali.
Mungkin karena suasananya nggak begitu berbeda kali, sama di Jakarta waktu kita jalan menuju ke GWK (Garuda Wisnu Kencana) untuk makan malem.
Disana, kita semua dibagiin semacem tiket masuk (atau tiket makan? Gee. Gue sungguh murid yang ngga perhatian sama hal-hal seperti ini kalo lagi ikutan field trip) sebelum bener-bener masuk ke dalem.
Tempatnya bagus banget. Sayang sekali kamera yang gue bawa nggak bisa hidup dengan baik. Nggak tau kenapa. Mungkin karena batrenya abis kali.
Yang lain pada foto-foto, gue sendiri cuma manyun nikmatin pemandangan tinggi dari bagian atas GWK tersebut, yang dimana disana ada patung Wisnu yang gede banget which will be taller than Liberty statue and that means, it'll be the tallest statue ever in the world (with 75 meters tall and 60 meters width) after it is finished to be combined with another statue; the Wisnu God's hands.
Aduh. Emang rada payah sih gue kalo ngomongin soal informasi wisata.
Akhirnya gue numpang foto-foto bareng Sheila sama Aivi pake kamera mereka -_-
Nggak berapa lama kemudian, kita disuruh turun ke bawah buat makan.
Tempatnya nggak begitu istimewa, serta nggak begitu jelek.
Lumayan lah. Toh, kita cuma anak-anak SMP dan nggak butuh makan di tempat-tempat elite.
Ada yang ngiringin juga.
Makanannya prasmanan, jadi kita bisa bebas ngambil apa aja yang kita suka sampai perut gembul.
Ada orang lain juga yang makan disana selain Dix-Sept dan guru-guru kita.
Selang beberapa menit, kalo nggak salah sih sekitar 45 menitan gitu lah.
Kita semua keluar dari tempat makan itu, dan tepat turun dari tempat itu (kan tempatnya tinggi gitu) dan turun (ada tangga pendek) dan di seberangnya ada toko souvenir Bali.
Kirain mau beli beneran. ternyata cuma numpang lewat doang karena bis kita ada di seberang luar toko itu.
Lucu-lucu sih barangnya. Sayang mereka pake hitungan internasional jadinya mahal banget.
Masa gantungan kunci yang bentuknya kucing-kucingan gitu (bentuk boneka kecil), dengan lapisan kain bermotif Bali-Balian, harganya 60 ribu.
Padahal kalo diukur pake penggaris, tingginya cuma 5 cm.
Di tempat makan yang tadi aja, ada daftar minuman di secarik karton kecil yang ditaruh di setiap meja yang bertuliskan bahwa soft drink dan es teh manis aja 15 ribu.
Oke. Cukup. Terima kasih.
Yah tapi itulah bedanya Bali sama Jakarta -_- Bali kan udah internasional banget. Gue bahkan sempet baca di sebuah forum luar negeri di internet, bahwa kebanyakan turis itu lebih tau tentang Bali daripada tentang Indonesia-nya sendiri.
Gila gak tuh.
Pas duduk di bis, langit rasanya udah gelap banget karena emang udah sekitar jam 7-an.
Gue sendiri merasa tetep kepanasan no matter what selama di Bali mulai dari menginjakan kaki di bandara.
Kok kayaknya Bali berasa lebih panas daripada di Jakarta ya -_-
Akhirnya kita menuju ke hotel.
Gue berpikir bahwa hotel yang akan kita tumpangi adalah hotel yang.. Yah, biasa aja gitu. Tapi ternyata lumayan juga.
Begitu nyampe hotel, gue langsung ketemu sama temen nyokap gue dan gue pun langsung ngasih klappertaart bikinan emak.
"Ehh, Kezia ya? Udah anak gadis, ya!"
"Hehehe... ^^' Oh ya, ini klappertaart-nya, Inanguda."
"Ooh, iya iya. Makasih, ya. Ya ampun kamu jadi bawa-bawa ginian di pesawat dong ya?"
"Yah.. Begitulah. Hehehe"
"Eh ini, Inanguda udah bungkusin oleh-olehmu. Kemaren-kemaren mama udah nitip suruh cariin oleh-oleh. Jadi besok kamu gak usah beli-beli oleh-oleh makanan lagi, ya. Ini soalnya udah banyak nih. Hehe"
Yao.
Di depan gue, persis di atas sofa yang tadi di dudukin sama temen nyokap gue dan anaknya ini terdapat sebuah kardus seukuran kardus air minum yang bertuliskan nama gue, lengkap dengan kota tempat tinggal gue dan nama sekolahnya.
Yao.
"Eh, kayaknya kamu abis ini langsung ada pengumuman lagi deh. Inanguda ngajak jalan-jalannya besok aja kali ya? Kasian kamu, baru nyampe udah jam segini."
"Oh, iya.. Nggak apa-apa kok, Inanguda."
"Inanguda duluan, yaa"
"Iyaa.. Makasih Inanguda buat oleh-olehnya.."
Akhirnya, temen nyokap beserta anaknya pun cabut dari hotel.
Berasa nggak enak, gue pun buru-buru pindah ke tempat yang udah di sediain sama Sheila.
Nggak tau, gue yang ke-geeran atau emang beneran, soalnya anak-anak disitu pada ngeliatin gue yang barusan lagi bengong di tengah kerumunan Dix-Sept sambil megang kardus berisi oleh-oleh itu.
Kita pun dibagiin kunci kamar.
Oh tunggu dulu.
Bukan 'kunci' deng. Tapi kartu.
Secara, di era globalisasi seperti ini, kita udah nggak jaman lagi pake kunci~
Hahahahaha
Gue dan Sheila (temen sekamar) dapet kamar nomer 243 :)
Kita pun langsung mengambil koper-koper kita dan headed to our own rooms.
Setelah berkumpul bareng Sheila dkk, gue poker face sendiri.
Barang bawaan gue banyak yo.
Gila. Padahal baru nyampe Bali, tapi udah bejibun begini -_-
Akhirnya, dengan bantuan Sheila yang sekalian megangin tas gede gue yang ditaruh di bagasi, gue pun memeluk si kardus oleh-oleh dan kita berdua ngantri di depan lift kayak orang deso ._.
"Itu apaan?" tanya Bu Lina, keliatan agak sewot ngeliat kardus yang gue bawa-bawa.
"Ini... Mm.. Itu Bu, apa.. Aduh. Mmm.. Oleh-oleh dari temen mama saya yang tinggal di sini. Hehehe"
"Mm.."
"Jadi nanti kamu nggak usah beli-beli oleh-oleh lagi dong ya?" Mam Wiwin pun nimbrung.
"Yah, begitulah Mam."
"Oo.. Enak banget yaa.." tambah Bu Lina, masih dengan tampang yang menurut gue, rada sewot gitu.
Gue nggak ngerti apa yang membuat wajah guru matematika kelas reguler ini jadi bertampang sewot begitu. Entah karena penampilan gue yang kesannya "ih kok kampungan banget sih? malu-maluin nama sekolah tau. udah tau kita lagi di hotel kayak begini." karena gue bawa-bawa kardus segala. Atau karena dia rada iri because that box means that I don't have to spend my money to buy another souvenirs here.
Bahkan dari raut wajah Mam pas dia nanya pun tersirat aura-aura rada nggak suka gitu.
Oh well.
Whatever.
It wasn't my fault, was it? :P
So back to the topic.
Kamar kita terletak di lantai 2, sedangkan kamarnya Aivi dan Cilla terletak di lantai 5, which it means, di lantai 4.
Gue nggak tau kenapa seluruh pendiri-pendiri hotel tampaknya begitu terobsesi dengan takhayul-takhayul macam nomer-nomer kesialan kayak begini.
Nomer 4 lah, 13 lah..
Gue sendiri yakin kalo pun punya hotel, akan membuat lantai bernomor 4 dan 13.
But wait.
Takut juga sih rasanya.
But the fact that the 5th floor is actually the 4th in every hotel =_=
Toh, kalo dihitung dari luar, pasti; 1, 2, 3, 4, 5...
Bukan 1, 2, 3, 5.
Oh okelah. Balik lagi ke topik.
Akhirnya, gue dan Sheila pun sampe juga di luar pintu kamar kita.
Sheila yang memegang kartu kamar pun tampak bingung dan.. Well, rada panik pas mau ngebuka pintu.
"Eh, ini gimana ini Kez?" tanyanya seraya membolak-balik kartu.
"Oh, sini Shel.."
Niit.
Terdengar suara mesin pembaca kartu dan pintu pun bisa dibuka.
Sheila pun ber-oh sambil membuka pintu dan masuk duluan.
Dan woohh.
Kamarnya bagus ~\*0*/~
Kamar mandinya aja lebih rapi daripada di rumah ._. huohoho.
Gue dan Sheila mulai menggila dengan menyentuh segala benda yang ada di kmar itu.
Dengan nuansa ungu, oranye, dan hijau, kamar dan hotel itu secara keseluruhan keliatan cukup cozy.
"Nyalain TV aahh~" ucap gue, sementara si Sheila lagi beres-beresin kopernya dengan rapi. Gue punya ransel aja tergeletak begitu aja di atas tempat tidur.
Dan gue, dengan noraknya berseru, "Eehh! Ada channel luar jugaa! Aaa! Ada starworld!"
Ya iyalah. Udah pasti ada. Harus itu. Channel-channel luar negri wajib ada di setiap hotel di Bali.
Bali gitu loh.
Udah internationally well-known.
Gue dan Sheila akhirnya nonton 'Got to Dance UK' sampe sekitar jam 12-an.
Seru banget.
"Shel, gue pake kamar mandi ya." ucap gue akhirnya.
Gue pun mandi. Dan tau sendiri kalo mandi gue bisa sampe setengah jam gak peduli mau jam 3 pagi sekali pun.
Jegress..
"Shel, sor banget ya gue lama banget di kamar mandi.."
"Eh, iya Kez. Gak apa-apa, kok"
"Gih, pake kamar mandinya"
Jleb. Gatau kenapa ya rasanya kok kata 'gih' terdengar terlalu keji di telinga.
Udah tau temen gue yang unik itu sabar banget nunggu giliran pake kamar mandi, gue pake kata 'itu' pula.
Merasa bersalah.
Tuhan.
Selang 15 menit, Sheila pun keluar.
Gue sendiri sedang sibuk nyari wifi hotel ini.
"Eh, ada wifi lho Shel!"
"Oh ya?" seneng rasanya ngeliat sobat gue ini mukanya berubah cerah.
"Tapi pake password.."
"Yaah.."
"Gue tanya ke resepsionisnya ya."
Tuut...
"Selamat malam, dengan hotel Tralala, ada yang bisa saya bantu?" terdengar suara sang resepsionis.
"Malam.. Mm.. Boleh saya minta password wifi-nya Pak?"
"Oh iya, silakan. Ibu ada di kamar nomor berapa?"
'Ibu'........
"243."
"243 ya, Bu. Passwordnya nanti Ibu bisa isi dengan 'allyeah243'."
"Maaf Pak, passwordnya tadi apa? Bisa tolong diulangi?"
"'allyeah243'."
"'allyeah243'. Makasih ya Pak."
"Baik, sama-sama. Selamat malam."
Klik.
"Apa Kez passwordnya?" tanya Sheila.
"Katanya 'allyeah243' shel."
Gue dan Sheila langsung secepat roket mengisi password wifi di hape kita masing-masing.
"Yes! Bisa bisa bisaaa~" girang gue bak anak kecil.
"Lo bisa Kez? Aduh gue gabisa masa?"
"Masa sih?"
"Iya.."
"Coba, gue bantu. Siapa tau bisa. Hehe."
"Hoho."
Tapi percuma aja. Mau sampai sejam pun juga gabisa-bisa. Kenapa? Karena gue sendiri sudah mencobanya.
"Aduh, gabisa Shel.." dengan amat sangat menyesal, gue mengembalikan hp-nya.
"Yaahh... Ck. Yaudah deh Kez, gapapa."
Gue sungguhlah bukan sobat yang baik. Bagaimana pun juga, hasrat untuk surfing pake wifi dalam diri gue gabisa dihilangkan meski dalam keadaan kayak gitu.
Dengan lirih, gue lirik Sheila yang lagi nonton kartun di channel Disney.
Ah. Payah banget sih gue.
Akhirnya, gue pun ikut nonton bareng dia supaya adil meskipun sambil megang-megang hp.
Tepat sekitar jam 2, gue pun nanya sama Sheila yang udah keliatan terkantuk-kantuk, "Shel, lo... Masih mau nonton atau ngga?"
"Mm? Oh. Ehm. Ga deh."
"Matiin aja nih, TV-nya?"
"Iya."
"Lampunya mau gue matiin semua, atau lo mau pake lampur tidur?"
"Nyalain aja deh Kez tapi jangan semua."
"Sip."
Sempet rada bingung sih sama lampu-lampunya. Tapi toh, akhirnya kita berhasil juga dapet pencahayaan yang Sheila mau.
Gue pun mematikan koneksi wifi-nya dan pergi tidur, meskipun gue sendiri masih belom ngantuk.
And wishing to be a better friend for this girl beside me, on the next day.
AAAAAA!!!
I'M GOING TO KNOW MY NATIONAL EXAM RESULT TOMORROW!
Yes.
Tomorrow.
Right on June 2nd 2012 at 9am (GMT +07)
And going to have graduation party at 4pm (still, GMT +07)
I wish I'll get the best result for what I've been struggling with this whole year. I wish that the result will make me be accepted in one of my favorite senior high.
I wish I'll be able to eat the whole dishes there without getting trampled by some other parents' feet.
Amen.
Wish me luck.
I'M GOING TO KNOW MY NATIONAL EXAM RESULT TOMORROW!
Yes.
Tomorrow.
Right on June 2nd 2012 at 9am (GMT +07)
And going to have graduation party at 4pm (still, GMT +07)
I wish I'll get the best result for what I've been struggling with this whole year. I wish that the result will make me be accepted in one of my favorite senior high.
I wish I'll be able to eat the whole dishes there without getting trampled by some other parents' feet.
Amen.
Wish me luck.