Catatan Seorang Introvert
Ketika seorang introvert sudah merasa nyaman dengan orang-orang tertentu, saya yakin pendapat mereka yang sekarang akan sangat berbeda dengan first impression saat bertemu dengan si introvert.
Iya, kami para introvert juga bisa tertawa terbahak-bahak, nyerocos panjang x lebar x tinggi tentang banyak hal, dan berubah jadi orang yang gak jaim melulu hanya ketika kami sedang bersama orang-orang terdekat.
Jadi, berbahagialah wahai orang-orang yang sudah pernah melihat saya atau para introvert lainnya tertawa terbahak-bahak, bertingkah lebay atau bahkan aneh, mungkin juga sempat jadi 'korban' tingkah usil dan iseng saya, dan mendengar saya nyerocos sana-sini tanpa henti karena momen seperti itu sangatlah langka *tutup muka pakai buku*.
Saya pernah baca salah satu pendapat seorang extrovert yang bilang kalau extrovert pun juga tidak semua gampang nyerocos sana-sini seperti kebanyakan penilaian kami para introvert. Extrovert pun ada yang hanya bisa bergaul dengan yang 'sejenisnya'. Ketika berhadapan dengan orang lain yang tidak se-tipe, mereka sulit untuk beradaptasi.
Loh? Terus, bedanya dengan introvert apa dong?
Se-penge-sotoy-an saya, extrovert yang seperti itu lebih bisa menanggapi perbincangan dengan orang lain yang bukan tipe-nya, tidak 'dihantui' pertanyaan-pertanyaan absurd tidak penting yang berlandaskan kekhawatiran seperti yang dimiliki para introvert di dalam kepala mereka.
Mudah namun hanya tidak cocok/nyaman.
Ada yang bilang mereka adalah kelompok yang menyebut diri mereka sebagai anti-social social club.
Mudah bagi mereka untuk mengalirkan topik pembicaraan namun tidak nyaman atau merasa tidak cocok dengan lawan bicaranya sehingga bisa jadi di kemudian hari (kalau bertemu dengan lawan bicara tersebut) extrovert yang seperti ini cenderung menghindari orang itu dan memilih berada bersama kelompoknya.
Extrovert yang lainnya mungkin merasa tidak apa-apa atau bahkan nyaman-nyaman saja jika bertemu dengan lawan bicara seperti itu, yang artinya, mereka tidak berusaha menghindari orang yang mungkin tidak memiliki interest yang sama dengannya.
Ah, entahlah. Ini semua hanya spekulasi yang muncul dalam pikiran saya dengan pengetahuan tentang kepribadian yang minim.
Lagi pula dunia akan kacau kalau semua orang adalah extrovert. Sebaliknya, hidup juga akan terasa membosankan kalau semua orang adalah introvert.
Bicara tentang salah satu ciri introvert si pengamat lingkungan sekitar, saya juga baru sadar kalau ternyata ada beberapa hal yang saya kira orang lain juga lihat atau setidaknya sadar akan suatu hal.
Entah mungkin hanya saya yang melihat sisi yang berbeda dari orang lain, tapi rasanya tidak juga. Karena tidak lama setelah saya mengutarakan apa yang saya lihat pada orang lain, orang itu juga turut menyadari hal itu. Bahkan mungkin sekali pun saya tidak pernah memberitahu apa yang sebenarnya sudah lama saya sadari.
Pernah waktu itu ada salah seorang kenalan ibu saya yang saya lihat punya salah satu sifat yang 'lain', tapi memang saya tidak pernah mengutarakan hal itu pada ibu saya sampai suatu hari kami terlibat perbincangan dengan teman ibu saya yang lain dan ya, mereka baru menyadari hal 'lain' yang ada pada sosok tersebut.
Barulah setelah itu saya bilang pada ibu saya bahwa sebenarnya saya sudah pernah melihat kalau orang itu seperti itu dan teman ibu saya sedikit heran karena toh memang saya belum pernah berinteraksi dengannya tapi entah kenapa saya terlihat seperti 'sudah lama kenal'.
Hahaha, bukan, saya bukan seorang cenayang atau apa pun yang berkaitan dengan spiritualitas yang 'aneh-aneh'. Beberapa di antara feeling saya pun juga pernah ada yang 'meleset' alias tidak sesuai dengan apa yang saya lihat sebelumnya dan biasanya itu terjadi pada hal-hal negatif yang memang membuat saya merasa 'terancam' atau 'dirugikan'.
Tapi memang kejadian seperti itu tidak jarang saya alami mulai dari saya masih kecil; mudah membaca situasi lingkungan sekitar atau pribadi orang lain namun tidak pernah berinisiatif untuk turut terlibat secara langsung pada saat itu. Kenapa? Karena saya seorang introvert. Saya lebih memilih untuk membaca lingkungan baru lebih dahulu untuk kemudian dapat berinteraksi dan merasa nyaman sepenuhnya.
Di balik sikap kami yang serba 'pendiam', dingin dan terkesan cuek dengan keadaan sekitar, kami sebenarnya memperhatikan dan mengetahui betul apa yang sebenarnya sedang terjadi (meski memang tidak selalu tepat 100%); situasi sosial di antara salah satu pihak dengan pihak lainnya, bahkan mungkin juga perasaan seseorang pada saat itu.
Kami hanya memilih untuk diam karena kami tidak tahu bagaimana untuk bertindak karena kami merasa ada 'pembatas' antara diri kami dengan orang tersebut. Karena kami canggung.
Kami, si introvert juga bisa berkomunikasi dan bergaul. Hanya saja 'kecepatan' bersosialisasi kami tidak semudah dan secepat para extrovert dan kami tidak pernah bisa bicara ceplas-ceplos. Kami tidak akan pernah bisa (dan memang tidak akan pernah mau) untuk terbuka kecuali dengan orang-orang terdekat kami. Kami bukan anti-sosial, jaim, atau pendiam. Kami hanya butuh waktu untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar, dan memang bisa menjadi sangat melelahkan bagi kami untuk memikirkan topik pembicaraan pada orang baru.
Seorang introvert bisa saja menjadi terbuka pada orang lain ketika sedang sangat lelah dan benar-benar tidak mempedulikan apa yang dipikirkan oleh orang lain karena hal itu sungguh terjadi pada diri saya sendiri.
Pernah saat saya sedang benar-benar lelah (secara fisik dan pikiran), saya duduk di samping seorang yang baru saya temui. Entah saya terhipnotis atau apa (tapi saya yakin 100% saya sedang sadar karena toh, saya memperhatikan lingkungan sekitar saya), saya juga bisa meresponi orang asing meski memang sebagian besar informasi yang saya berikan tidak benar alias asal ngomong.
Kenapa asal ngomong?
Karena saya juga benar-benar tidak peduli apa yang orang itu pikirkan tentang diri saya.
Karena saya sudah sangat lelah dan satu hal yang benar-benar sedang ingin saya lakukan sepulangnya saya dari tempat umum itu adalah tidur.
Saya rasa setiap introvert juga pernah merasakan hal yang sama; benar-benar lelah dan hanya butuh waktu untuk beristirahat sampai-sampai mampu berkomunikasi dengan orang lain tanpa rasa canggung sedikit pun alias cuek bebek.
Terlepas dari segala keunikan, kelemahan dan kelebihan introvert, saya mengakui masih banyak yang harus kami para introvert pelajari supaya bisa berkembang socially.
Ya, itu salah satu hal yang masih menjadi 'perjuangan' yang gak mudah untuk diatasi tapi sedikit demi sedikit (dan ya, jangan pernah mengharapkan kami untuk bisa menjadi seorang yang mendadak mudah bergaul dan menjadi sorotan di antara kerumunan orang banyak) kami bisa sedikit lebih terbuka.
Karena kami juga manusia, kami pun bisa berkomunikasi.
0 comments