One Size Fits All
Halo, semua (seperti ada aja yang bakal baca blog saya, LOL) !
Setelah hampir 2 tahun sejak saya posting terakhir kali di blog ini, saya memutuskan untuk mampir dan melihat 'perkembangan' blog saya yang sudah saya miliki sejak 2009. Kalau blog ini manusia, sekarang kurang-lebih dia lagi di bangku SMA kelas 2; sedang bingung-bingungnya memutuskan nanti mau kuliah di mana, jadi apa, dan lain sebagainya.
Berhubung postingan sebelumnya saya sempat 'mengeluhkan' bagaimana tahun 2023 merupakan tahun yang--dan saya kutip--"ANJIIIIRRR" bagi saya, saya mau berbagi sedikit update mengenai kehidupan saya di tahun 2024.
Beberapa doa saya untuk tahun 2024 (yang sempat secara tak sengaja saya turut tulis di postingan tersebut) ada yang terkabul. Saya menjajaki negara dan benua Eropa pertama saya (mengurus keperluan visa untuk pertama kalinya, berkelana jauh pertama kalinya, menggunakan uang saya, seluruhnya sepenuhnya sendiri dan milik pribadi 100%), saya memiliki pengalaman-pengalaman membahagiakan dan jauh lebih baik dibandingkan di tahun 2023, dan orang-orang yang saya cintai turut menikmati hal-hal positif dalam hidup mereka.
Jadi, Tuhan, terima kasih karena sudah mendengar doa dan permohonan saya yang selfish dan sepertinya agak 'manja' di tahun 2023 untuk tahun 2024 dan mengabulkan di antaranya (meski saya masih belum bisa pakai cropped top dan celana jeans pendek seperti yang saya cita-citakan).
Belakangan ini saya lagi sering merenung tentang kehidupan. Bukannya saya jarang melakukan ini (lebih tepatnya 75% hal yang saya lakukan setiap minggunya adalah ini), tapi rasanya dunia dan Tuhan tengah bekerjasama membuat saya merefleksikan kehidupan dan bagaimana manusia menanggapinya dengan cara masing-masing secara lebih lagi dibandingkan di hari-hari biasanya.
Saya bukanlah orang yang mudah bergaul--saya akui itu--dan frekuensi saya bertemu orang lain pun bisa dihitung pakai jari harimau. Tapi, melalui segelintir orang yang saya temui, saya juga belajar bagaimana orang lain punya cara pandang yang berbeda dengan saya; mulai dari yang naif, sederhana, kompleks, menyebalkan, praktikal, hingga yang membuat saya terpingkal-pingkal. Sejauh ini, saya belum menemukan sosok yang memiliki cara pandang kehidupan yang sama persis dengan saya (tentunya hal ini akan sangat menakutkan untuk saya, karena saya percaya setiap diri kita diciptakan oleh Tuhan dengan keunikannya masing-masing. Sebagai catatan tambahan yang klise, sepasang kembar identik pun punya perbedaan cara pandang).
Dulu waktu saya masih sedikit lebih muda, saya sering melihat orang-orang dengan cara pandang yang berbeda dengan saya, dan berpikir, "mungkin apa yang dia katakan itu benar. Mungkin saya harus mengikuti sarannya. Mungkin saya bisa belajar sesuatu dari pengalamannya, atau apa yang dia bilang." Tapi, entah apakah ini adalah sifat keras kepala saya--atau memang saya mengalami tahap pendewasaan seiring berjalannya waktu--saya makin santai mendengar pendapat dan cara pandang orang lain mengenai kehidupan.
Saat ini saya tengah menjalani relasi dengan seseorang dan tidak sedikit yang menghampiri saya dan bertanya ini itu, seperti; kenal darimana? Kok bisa sama dia? Bukannya 'kaum' mereka ini suka 'jajan' kalau ke negara kita? Sudah berapa lama sama dia? Sudah ada pembicaraan serius (mengenai pernikahan)? Kok bisa yakin sama dia? Ngga mau cari orang lain dulu sampai kalian ke jenjang serius?
Menurut saya, bagaimana saya menanggapi pertanyaan-pertanyaan tersebut tergantung dari bagaimana saya lihat sang penanya menyampaikan ke saya. Jika saya lihat (dan tidak sulit bagi saya untuk 'membaca' orang lain) sang penanya melontarkan pertanyaannya dengan maksud penasaran dan 'kagum' dengan pengalaman saya, saya akan menjawab dengan senang hati bahkan mungkin turut membantunya jika memang orang itu tertarik untuk mengenal lebih jauh dan merasakan pengalaman seperti saya.
Namun jika saya lihat sang penanya bermaksud mencibir atau bahkan menjatuhkan saya, saya akan menjawab menggunakan cara pandang yang dapat membuatnya berpikir dua kali.
Satu yang pasti, jawaban saya selalu apa adanya.
Saya adalah orang yang gamblang ketika saya berbicara (tidak seperti dalam blog ini, di mana mungkin tulisan saya sangat bertele-tele). Saya tidak suka menyatakan sesuatu yang berlebihan, atau berkekurangan. Jika yang terjadi adalah 70% maka saya akan menyatakan sebanyak 70%. Bagi saya, memberikan sebanyak 71% butuh usaha yang tidak perlu, dan memberikan sebanyak 69% sama saja dengan korupsi.
Kembali kepada pengalaman saya bertemu para penanya, saya pernah mendapati seseorang yang berusaha mengubah cara pandang saya dalam memilih pasangan hidup, bahkan dalam menjalani relasi saat ini. Saya lihat, di balik senyumannya dan 'kekaguman'-nya yang fana akan pengalaman saya, sang penanya berusaha mencibir dan mengatakan pada saya bahwa saya sebaiknya berpikir dua kali sebelum memutuskan apakah saya benar-benar diinginkan oleh pasangan saya untuk melangkah ke jenjang berikutnya.
Dulu, saya akan merasa tidak percaya diri dengan selipan-selipan negatif seperti ini dan akan berpikir, bahwa mungkin orang itu ada benarnya.
Tapi, sekarang saya makin santai dengan pendapat orang lain.
Bukannya saya tidak peduli, tapi saya merasa jauh lebih nyaman untuk melangkah dengan kepercayaan saya dan cara pandang saya. Toh, ini hidup saya, bukan hidup orang lain.
Tidak sedikit saya bertemu orang-orang yang menghampiri saya dan berbagi cara pandangnya mengenai mimpinya untuk tinggal di luar negeri. Saya pikir, cara pandangnya sangat baik, untuknya. Bukan bagi saya.
Saya menghormati cara pandangnya dan bagaimana dirinya merasa cara pandangnya adalah cara pandang yang terbaik; bagaimana dia ingin tinggal di luar negeri melalui studi atau pekerjaan, untuk kemudian mengencani seseorang dari negeri tersebut. Saya rasa tidak ada yang salah.
Saya juga mendengar ada beberapa orang yang berpendapat bahwa mereka ingin tinggal di luar negeri melalui "jalur lendir"--istilah menjijikkan dan sangat tidak terhormat bagi siapa pun untuk dilabeli (dan saya membenci siapa pun yang memulai istilah ini) bagi mereka, terutama wanita Indonesia yang 'menggaet' pria-pria mancanegara untuk menjadi pasangannya melalui hubungan seksual semata--namun bagi saya, hal itu tidak masalah, jika memang orang itu bahagia akan pilihan cara pandang hidupnya.
Saya tidak pernah mendukung atau pun menjatuhkan cara pandang siapa pun, selama hal itu tidak diterapkan ke diri saya.
Bertemu dan menjalin relasi dengan siapa pun dalam bentuk apa pun dapat terjadi melalui segala cara, termasuk salah satunya adalah secara daring. Tidak sedikit orang yang pada akhirnya menjalin relasi dengan kualitas yang lebih baik pada mereka yang bertemu awal mula secara daring, dibandingkan dengan mereka yang dimulai secara luring.
Ada cara untuk semua.
Ada jalan untuk semua.
Ada bentuk untuk semua.
Mendekati kepala tiga usia di bumi ini, saya makin teduh mendengar setiap pendapat orang lain akan cara pandang pun pilihan-pilihan saya dalam kehidupan ini. Entah apakah ini yang dinamakan kemandirian dan kebebasan dalam berpikir dan bertindak, atau memang suatu 'privilege' bagi saya untuk dilahirkan sebagai anak tunggal yang notabene tidak punya siapa-siapa untuk dijadikan batu loncatan, pun penolong, pun gerbang pembuka kesempatan dalam hidup, pun suatu benchmark.
Saya tidak punya siapa-siapa.
Hanya kedua orangtua saya, yang dari pilihan profesi pun sudah berbeda dengan saya.
Saya pun tidak menjadikan teman-teman saya sebagai satu jenis pun dari peran self-motivation atau self-improvement di atas. Mereka adalah teman-teman saya, tempat saya berbagi curahan hati atau pikiran.
Pada akhirnya, saya percaya kalimat-kalimat klise ini memang benar adanya; banyak jalan menuju Roma. Banyak cara yang dapat ditempuh untuk menuju ke suatu tujuan yang sama, dan kita semua memiliki jalan masing-masing. Tidak ada yang perlu dijejalkan untuk melalui jalan yang sama, atau bahkan serupa. Semua punya porsi dan ukurannya masing-masing. It's not a one size fits all kind of thing.
Jika membeli pakaian dalam saja ada ragam ukuran yang berbeda, apa kata dunia jika dalam membeli kondom, semua harus disamaratakan?
0 comments