By Kezia Tania - Wednesday, July 29, 2020
Hai! Udah satu setengah tahun terakhir kali gue posting di blog ini, jangan-jangan ada yang ngira gue udah mati makanya nggak update lagi (kayak ada aja yang mau beneran baca haha).
Well folks, guess what?
I'm still alive.
'Kesibukan' gue sekarang ini adalah kerja sambil kuliah. Capek? Sangat. Meski kerjaan gue menurut gue bisa dibilang nggak serempong orang lain. Kerja dari jam 9 sampai jam 6, trus kelas jam 6.30 sampai jam 9 malam. Sabtunya gue pasti selalu ada kelas karena well, kalau nggak ambil kelas di hari Sabtu, kapan kelarnya kuliah gue? Hahahaha.
Anyway, berhubung sekarang gue masih WFH (work from home) dan SFH (study from home), menurut gue ada plus minus-nya. Plus-nya, gue jadi bisa saving more time and transport fees (kadang juga uang jajan karena gue murni makan di rumah tiap hari sekarang, sementara kalau ngantor biasanya gue selalu bawa bekal tapi kadang gue juga jajan kalau lagi nggak bawa bekal, atau biasanya gue jajan kopi hitam nescafe di minimart kampus tiap malam sebelum kelas biar mata gue sedikit lebih terang lah dari 5 watt. HAHAHA).
Selain itu, WFH dan SFH juga bikin gue jadi lebih bisa ngerjain semuanya sekaligus alias multitasking dan ini juga merupakan salah satu aspek yang berkaitan dengan minus-nya.
Karena SFH, gue rasa banyak dosen yang merasa bahwa mereka perlu ngasih murid-muridnya tugas seabrek karena dirasa murid-muridnya 'enak' nih bisa ngampus dari rumah dan jangan-jangan belum tentu lectures-nya didengerin (bisa jadi ada yang setor muncul di Microsoft Teams aja tapi padahal lagi mandi/masak/tidur).
Therefore, in order for them to be able to measure how good their students knowledge is regarding the lectures given, dosen pun memutuskan untuk ngasih tugas dan check apakah memang murid-muridnya beneran udah paham atau belum.
Menurut gue ini jadi tantangan juga sih selama WFH dan SFH. Gue jadi mesti pintar bagi waktu, tenaga dan otak gue untuk bisa jumping on each task every week or even every single day. Belum lagi kalau lagi ada deadline project kantor dimana gue on daily basis bisa dibilang nggak sibuk-sibuk amat tapi kalau sudah mulai masuk deadline work submission untuk client, bisa ikutan panik juga karena bolanya jadi dioper ke gue dari senior-senior gue dan gue harus bisa ngoper balik ke atasan gue sebelum akhirnya bola itu dimasukin ke gawangnya si client. Hahaha filosofi apa ini.
Yah begitu lah intinya.
But I gotta be honest to you, it was actually fun yet stressful enough to juggle between all those responsibilities and schedules and tasks as well.
Selama bulan Mei - Juli gue ambil semester akselerasi which basically means that all of my classes should be done twice a week. At first it sounded like it was way over stressful but as the time went by, I got used to my new schedule. Hampir tiap malam termasuk weekend gue pakai untuk begadang sampai jam 3 pagi untuk nyelesaiin tugas-tugas kampus atau kerjaan (work submission to client). Sampai-sampai sempat beberapa kali bingung gatau mau ngapain di weekend karena semua tugas kuliah dan kerjaan kantor lagi nggak ada. Hahaha, iya, se-"gila" itu.
WFH dan SFH emang jadi bikin gue secara ga sadar terus on selama hampir 20 jam sehari sih. But it was fun.
Yang bikin nggak ngedukung WFH dan SFH adalah koneksi internet yang nggak stabil, apalagi kalo lagi ujian.
But yeah, lately it's getting a little bit much better than before (March - April) since I think the internet providers are working harder to maintain a good internet connection service for their users. Thanks for all your hardwork!
Also, thanks to Google Calendar and OneDrive which very much have both played a role as my virtual assistants. No joke. They're my life savers.
Berhubung gue suka lupa, gue selalu masukin semua schedule gue ke Google Calendar dan ini udah jadi 'ritual' gue dari waktu masih kuliah tahun 2015. Ini ngebantu banget banget banget, sih.
Biasanya begitu gue ada janji atau jadwal tertentu baik itu kegiatan kampus, kerjaan, sampai hal personal macam bayar-bayaran tagihan Netflix/Spotify atau sekedar ngingetin gue untuk ngerjain tugas kampus/kerjaan semuanya gue masukin ke Google Calendar.
Karena gue orangnya juga suka nulis jurnal meski bukan jurnal harian, kadang gue juga suka jadiin Google Calendar sebagai pengingat aja sih akan kejadian atau kegiatan yang udah lewat/pernah gue alamin. Biar gue gak lupa aja hahaha.
Untuk schedule yang menurut gue urgent, gue selalu kasih notification. Seberapa banyaknya biasanya tergantung tingkat urgent-nya. Pernah gue set notification dari 4 hari, 3 hari, 2 hari, sehari, sampai 10 menit sebelum hari-H karena gue nggak mau missed aja sakingan itu urgent banget.
Salah satu cara yang suka gue pakai untuk memanfaatkan Google Calendar adalah buat 'fake deadline' yaitu deadline bohongan yang lebih maju dibanding dengan deadline aslinya.
Misalnya, deadline kerjaan kantor gue adalah lusa di jam 12 siang. Gue akan buat fake deadline sebagai besok di jam 12 siang atau sore hari. Metode bikin-bikinan kayak gini biasanya bikin gue jadi lebih semangat untuk segera nyelesaiin kerjaan/tasks gue dan dengan begitu, gue jadi punya spare waktu untuk mereview kerjaan gue sebelum akhirnya gue submit ke atasan atau kampus.
Tapi metode kayak gini secara gak sadar bikin gue jadi stress sendiri sih karena berasa dikejar-kejar deadline.
Hahaha.
Tapi nggak stress banget sih karena motivasi gue adalah untuk menyelesaikan tasks gue secepat dan seakurat mungkin dan biar lebih semangat lagi, gue suka nentuin 'mini self-rewards' gue untuk beberapa tasks tertentu.
Misalnya kalau gue udah selesai ngerjain dan ngereview tasks tersebut, gue akan ngasih 'reward' buat diri gue sekian waktu untuk nonton Netflix misalnya, atau ngerjain hal lain yang fungsinya untuk gue bisa refresh.
Nah, pokoknya si Google Calendar ini top banget deh. Free dan reliable banget.
Gue juga sangat bergantung dengan OneDrive berhubung kampus gue fasilitasi kita dengan akun onedrive & outlook for business for free, then I thought why not utilize it to the max.?
Gue paling suka nyimpen dan ngerjain semua dokumen gue di cloud. Anak awan, emang. But seriously, cloud storage methods are one of the greatest human beings' inventions ever invented.
Why?
1. You save storage space
2. You can take them anywhere as long as you have internet connection (and by this, I mean a good one)
3. Lots of them as FREE. (unless you need extra storage space for more than 519 GB I think)
Nuff said.
Since I juggle on using both my office and my personal laptops every single day, I rely on OneDrive so much.
Ada kalanya gue masih harus megang laptop kantor setelah lewat dari jam 6 karena masih ada kerjaan dan selagi on, gue juga sambil ngerjain tugas kampus atau kadang kelas online via Microsoft Teams (which can be accessed through web whenever I'm using my office laptop). Itu sebabnya OneDrive benar-benar jadi penyelamat kehidupan gue, hahaha.
Kalau di weekend gue memutuskan untuk pakai personal laptop, gue masih bisa akses dokumen yang udah gue kerjakan sebelumnya menggunakan office laptop gue via OneDrive.
See? It is as simple and mobile as that.
I can also access it through my phone as well, for when I'm not using my laptops or when I'm away or just literally don't feel like using my laptops.
Anyway, enough with all the WFH and SFH stuffs.
I wanna share what I've been doing on my spare time throughout the quarantine.
I have recently been watching series and movies on both HBO and Netflix. So basically HBO gave a free access for everyone by downloading its app called HBO GO from March or April to early July (at least that's what I experienced) and I enjoyed the free access throughout the quarantine.
Series dari HBO yang gue tonton adalah Ballers (starring Dwayne Johnson dan aktor-aktris lain yang gue gak ingat nama-namanya hahaha), Silicon Valley (ini wajib banget ditonton sih, B.A.G.U.S dan koplak banget!), sama apa lagi yah gue lupa. Movies-nya banyak juga yang gue tonton di sana tapi cuma ingat beberapa yang menurut gue recommended banget; Saving Private Ryan (ini kayaknya udah hampir kayak film wajib ditonton sejuta umat kaya The Blind Side yah. Starring Tom Hanks, Matt Damon. Tapi gue baru kali ini aja nonton film ini meski udah sering banget denger judulnya dan bokap gue bilang ini film bagus. Which is TRUE), The Intern (starring Anne Hathaway & Robert De Niro. Bagus banget; ngejelasin bentuk persahabatan antara eksekutif muda wanita dan anak magang who's also a "senior in life" yang nggak gue kira bakal bisa terjadi sekali pun untuk suatu plot film), sama apa lagi yah. Duh lupa!
Sedangkan series dari Netflix yang gue tonton sejauh ini datang dari salah satu negara Skandinavia yaitu Norwegia, judulnya Borderliner (buat yang suka crime investigation tapi sedikit pendek karena hanya 8 episode tapi lumayan mind-blowing. I just wish they make another season!), dan yang paling gue suka tak lain dan tak bukan adalah; NORSEMEN.
HAHAHAHA.
YAASSS.
I get excited just typing about that series.
Ini series paling koplak bertemakan sejarah era vikings di Norwegia yang paling BAGUS apalagi buat gue yang nggak terlalu mengerti terkait per-vikings-an. Semua pemainnya jago-jago banget actingnya. Dengan wajah dan acting se-"flat" itu, mereka berhasil bikin gue ngakak sendiri malem-malem nonton ketiga seriesnya dengan masing-masing 6 episodes.
Yang paling gue suka adalah si Kåre Conradi yang main sebagai Orm. Gue bahkan nggak percaya kalo aslinya dia bisa nyanyi Jazz very very nice. Gilak. Jago banget dia actingnya di Norsemen.
Lewat Norsemen, gue sedikit banyak mulai belajar dan paham sejarah dna budaya orang-orang Skandinavia pada jaman itu sih. Well, mungkin nggak sepenuhnya tapi lewat gambaran mereka di series itu, gue kayak menemukan sesuatu yang jadi ciri khas mereka selain dari fisiknya, pakaiannya, tapi juga gaya bicaranya dengan logat Norwegian yang kental banget meski mereka ngomong bahasa Inggris (FYI, mereka shoot 2x untuk masing-masing scene; pakai bahasa Norwegia dan bahasa Inggris. Such a dedication! They really should get more credits for this series! I'm still questioning how this series is so underrated. Really. Peeps. Wake up!), pembawaannya mereka yang sopan banget dan 'gak enakan' sama orang lain apalagi sama atasannya itu keliatan banget lewat dry humor yang mereka bawain di tiap scene-nya.
Gue jadi pengen nonton ulang, kan.
I'm still hoping they'll release the next seasons! *praying hard*
Masih belum bisa move on dari Norsemen, gue nemu series per-vikings-an lainnya judulnya The Last Kingdom. Ini sebenarnya historical drama series dari Inggris tapi para pemainnya ada juga yang orang Skandinavia kayak Tobias Santelmann yang jadi pemeran utama di Borderliner. Tapi di sini dia jadi orang Denmark sih. Hahaha.
Shootingnya pakai bahasa Inggris dan satu hal yang buat gue amazed adalah bahwa orang-orang Norwegia itu ternyata pada jago-jago ya ngomong Inggris-nya. Haha. Persis kayak yang selama ini gue baca di forum-forum tentang pendapat orang lain tentang mereka.
Entah apa cuma para aktor Norwegia aja yang beneran sebagus itu bahasa Inggrisnya (karena mereka latihan untuk shooting) tapi gue rasa ini bangsa emang salah satu dari sekian bangsa Eropa yang paling bisa bahasa Inggris deh.
Nah, balik lagi dengan si The Last Kingdom. Gue baru mulai nonton series ini semalem sih, tapi 1 episode aja kayak udah terlalu banyak yang terjadi. Scenesnya banyak banget hahaha. But it's good. I love a long series.
Kayaknya segini dulu deh update-an dari gue hahaha.
Semoga karantina kali ini dapat berjalan semakin baik dan tetep semangat buat yang udah kembali ke sekolah, ngampus atau pun ngantor. Stay safe and healthy!
-Kezia-
0 comments