Semester, Nilai rapot, Kuliah....

By Kezia Tania - Sunday, May 18, 2014

Gosh. Udah semester 3. Nggak berasa, udah mau 2 tahun gue duduk di bangku SMA. Jujur, belakangan ini gue lagi nggak ada spirit buat ngejar nilai -_- Padahal kalau mau keterima di universitas ngeri  negri tanpa tes masuk alias lewat jalur undangan, nilai rapot gue di semester 3-5 harus stabil dan bahkan, sangat diharapkan untuk bisa terus meningkat.

That means, I really really have to keep my scores at the top (and by that, I mean like, the top top TOP) especially on the first semester in 11th grade to the first semester in 12th grade.
Huaaahhh pokoknya semester ini gue lagi nggak ada semangat-semangatnya! >_<

Sebel deehh. Padahal kegiatan dalam sekolah such as extracurricular udah gue kurangin porsinya. Tapi, nggak tau kenapa rasanya belakangan gue gampang banget cepet capek. Mungkin butuh konsumsi multivitamin? Well, dunno.

Sekarang aja gue masih bingung mau masuk mana nanti kalo udah kuliah. Antara pengen ambil Komunikasi, sama Sastra, dan.... Akuntansi. Oh well, yang terakhir itu nggak sebegitu gue inginkan sih. Tapi peluang kerjanya kata banyak orang (dan emang sih, terbukti) lebar dan gajinya nggak tanggung-tanggung.

But hey, money can't buy eveything. Money ain't nothing either.

Tapi tetep aja sih. Siapa juga yang nggak tergiur sama duit?
Tapi kalau dipikir-pikir, peluang masuk akuntansi itu lumayan sulit dan gimana jadinya kalau masyarakat dunia pada jadi akuntan? 
Bisa jadi banyak akuntan yang nganggur saking banyaknya jasa akuntan tersedia.
Tapi kalau kata guru ekonomi gue sih, akuntan nggak ada yang bakalan jadi pengangguran.
But still. Daya saingnya susaaaahh.

Kalau untuk sastra sendiri, gue percaya nggak kalah banyak yang masuk sastra. Apalagi sastra Inggris. Gue memprediksikan 10-20 tahun mendatang, masyarakat dunia udah fasih berbahasa Inggris dan nggak butuh lagi jasa translator. Well, kecuali untuk orang-orang pedalaman.
Wait, itu artinya si translator harus bisa bahasa pedalaman. Tapi nggak juga sih, karena bisa aja ada orang pedalaman yang cuma bisa bahasa ibunya dan bahasa Indonesia. Kemudian translator lokal ini akan ngasih tau translator Indonesia-Inggris apa aja yang diucapkan si orang pedalaman.

Tapi kalau dipikir-pikir, kedua translator ini keburu udah punya cucu kalau pakai cara tradisional menerjemahkan bahasa seperti itu.
Lagipula, teknologi juga pasti akan semakin canggih dengan munculnya anak-anak mahasiswa lulusan IT dan berbagai gelar 'teknik' lainnya sampai-sampai semua terjemahan bahasa udah ada di dalam satu tablet canggih masa depan.

Nah, bagaimana dengan komunikasi?
Well, menurut gue fakultas inilah yang masih akan bertahan hidup di masa depan. Karena semua orang butuh berita dan hal-hal baru lainnya yang hangat dibicarakan, lewat lulusan komunikasi inilah masyarakat dunia dapat saling terhubung dan menerima serta memberi informasi seputar dunia.

Dengan bantuan teknologi canggih, media massa juga semakin canggih dan fleksibel. Bikin para lulusan komunikasi semakin mudah menjangkau masyarakat. Yang dibutuhkan cuma skill yang baik dalam menyampaikan berita jenis apapun itu (tulisan, lisan).

Oh well, intinya sih segitu aja dulu. Gue masih mempertimbangkan fakultas dan jurusan apa yang harus gue pilih dalam waktu kurang dari setahun lagi.

Gue harus punya spirit dalam meraih nilai terbaik di dua semester ini!! GO!

  • Share:

You Might Also Like

0 comments