UN, SNMPTN, SBMPTN? Thank God! (part 1)

By Kezia Tania - Saturday, July 11, 2015

Hai! Udah lama banget rasanya gak update blog ini, yah udah dari sebelum gue Ujian Nasional sih, lebih tepatnya. Dan yah, gue cukup lega dan sangat bersyukur karena baik UN dan SBMPTN telah gue lalui, terima kasih Tuhan!

Oke, gue pengen cerita sedikit tentang pengalaman dan persiapan gue menghadapi UN kemarin.

Waow. Sebelumnya gue pengen bilang dulu, kalau gue sampai sekarang masih nggak percaya bahwa gue udah lulus sekolah. Hahaha, seriously! :'D

It's hard to believe that I'm soon gonna be a college kid, and hard to believe that I've made posts on my blog for 6 years! :')

Oke, jujur selama gue di bangku kelas 12 (3 SMA) ini, gue bisa dibilang siswa yang rada 'kejar tayang' karena gue cukup kurang greget dalam mempersiapkan diri menghadapi UN.

Disaat temen-temen gue udah pada daftar les ini, les itu, bimbel ini, bimbel itu, bahkan sampai ada temen gue yang ngajak untuk masuk di bimbel yang sama, gue masih santai-santai dan menolak ajakan temen gue itu (rada jahat sih ya, tapi mau gimana lagi, I couldn't bear to spend the rest of my day after school to join courses till 9pm..).

Dan selama semester 1, kita bener-bener mengejar materi UN. Begitu masuk semester 2, gak kerasa kita udah ketemu sama Upra (Ujian Praktek), dan di saat seperti itulah gue baru merasakan deg-degan yang sesungguhnya. Hahaha.

Gue inget banget (iyalah, belum juga setahun :P) waktu mau Upra Bahasa Jepang, gue belom nge-print gambar yang diwajibkan untuk ditunjukkan sambil kita speaking test (karena printer gue lagi rusak waktu itu)
Jadilah gue (berusaha untuk) dateng di sekolah pagi-pagi supaya bisa nge-print di tempat fotocopy depan sekolah. Tapi ternyata gue kesiangan. Yikes.

Sesampainya di tempat fotocopy, udah banyak banget yang ngantri minta fotocopy, beli ini, beli itu, sampai (yang paling nyebelin) nge-print.
Singkat cerita, gue dan temen kelasan gue berhasil nge-print di tempat fotocopy itu, tapi sayang gerbang sekolah udah ditutup.

Like, seriously?
My school stands almost just about 2 meters in front of the place where I just printed my assignment, and... The gate was closed.

Jadilah gue dan temen gue ini (beserta anak-anak lainnya yang juga telat, gak cuma yang mau Upra aja, tapi juga ada anak kelas 10 dan 11) berdiri di depan gerbang. Yah, mau gak mau kita jadi harus persiapan speaking test kita di depan gerbang -_-

Tapi untungnya, tepat jam 7.15, gerbang dibuka dan semua kelas 12 diizinkan untuk langsung masuk ke ruang ujian masing-masing.

Gue bersyukur banget karena sesampainya kita di ruang ujian Bahasa Jepang, nomor urut yang tampil duluan masih cukup jauh (masih sekitar absen nomor 5, sedangkan gue dan temen gue ini absen 20-an).

Masa-masa kelas 12 ini menurut gue adalah masa sekolah yang paling menyenangkan, karena well, selain udah jadi senior (oke, gue ga berapa setuju sih sama statement ini haha), itu artinya tinggal beberapa langkah lagi buat gue untuk menyelesaikan bangku kuliah, alias wajib belajar yang dicanangkan di Indonesia ini.

Tapi duduk di bangku sekolah tahun terakhir ini gak menutup kenyataan bahwa itu artinya, gue akan meninggalkan teman-teman gue dan akan memulai kehidupan baru di bangku kuliah nanti.

Ah, tuh kan. Jadi sedih gue :'(

Okay, back to the topic then.

Menjelang 2 minggu sebelum UN, tugas dari sekolah tak kunjung usai diberikan ke kita siswa kelas 12, guna mengisi nilai-nilai untuk rapot semester 6 ini (katanya sih... Well, I dunno, rapot semester 6 juga gak akan dipakai untuk daftar ke perguruan tinggi manapun :''  for as long as I know, I guess..).

Akhirnya UN pun tiba.

H-1 UN a.k.a. hari Minggu, 12 April 2015 gue sangat ketakutan. Seperti fenomena yang umum terjadi di sekolah-sekolah se-Indonesia (tho I do believe not all of them do this), gak sedikit temen gue yang secara 'sukarela' menjadi 'volunteer' untuk pakai bocoran. Bahkan 2 orang temen terdekat gue pun yang awalnya gue udah cukup yakin kalau mereka pasti gak akan pakai itu. But reality hurts.

Di tengah ketakutan gue dan mumetnya kepala yang udah kebanyakan latihan soal UN Geografi (yang menurut hasil latihan gue, nilai-nilai gue di buku latihan UN tidak mencapai 75, paling tinggi 72, and I completely surrendered to God bagaimanapun gue dapat ngerjain soalnya di hari esok), gue memberanikan diri untuk bbm salah satu temen gue.

Jujur, waktu itu gue takut banget untuk menanyakan hal soal bocoran itu ke dia, cause it's a 'crucial' thing, I guess? LOL I don't know.

Gue nanya, apakah dia juga ikut pakai bocoran atau nggak. Dan dia bilang nggak. And you know what? Gue rasanya mau nangis gitu. Hahaha.

Rasanya lega, seneng, dan gatau kenapa pokoknya serasa kayak ada malaikat yang narik gue dari kekelaman hidup ini. HAHAHA. Oke, kelewat lebay sih. Tapi yah begitu deh. Ternyata, gue gak sendirian. 

Jujur, menolak yang namanya bocoran yang ditawarin sama temen sendiri itu bukanlah hal yang mudah untuk bisa gue lakukan. 

Jadi waktu itu gue dan 3 temen kelasan gue lagi asik ngobrol, dan datenglah temen gue yang meng-koordinir urusan bocoran ini. Dia nawarin apakah kita pengen ikut atau nggak. Dan gue saat itu cuma diem-diem aja, sambil merhatiin temen-temen gue yang lain mengutarakan alasan mereka yang pada saat itu, menolak bocoran. Yah, walaupun ada juga sih yang langsung nerima. Tapi ada juga yang ragu-ragu. Antara nggak enak kalau nolak, tapi juga takut gagal UN.

Oke, kembali lagi ke pokok bahasan.

Temen gue yang satu ini, bilang (well, bbm sih lebih tepatnya) that I shouldn't be afraid of it, that when I do my best for the test, God will do the rest of it all, and He will give the best for those who surrender all to Him, and that God will always be with me through the test, so no need to be worry about (I don't really remember what he wrote exactly, but at least that's what he meant. That's what the point is). Dan gue gak perlu takut karena gue gak sendirian. Ada dia, dan temen gue yang lainnya yang juga sama-sama gak pakai bocoran.

Kata-kata itu sungguh menguatkan buat gue. Haha, beneran deh. Mungkin orangnya nggak tau blog ini. Atau mungkin dia lagi baca postingan ini. But honestly, if you know who you are (if you're reading this post), thank you so much for strengthen me through those words, I know God has chosen you to be one of those people, to be one of Gods tools who strengthen me to pass the national exam. Arigatou, nee :)

Mau nggak mau, gue akhirnya bisa tidur dengan perasaan cukup lega, dan jantung gue kembali berdetak normal (Haha, apaan sih. Lebay :P).

Besoknya, pas UN, mental gue sudah lebih siap dibanding yang gue rasa bakalan terjadi. Yah, maksudnya gue gak percaya kalau gue udah sedikit lebih siap dibanding sebelumnya gitu.

Dan ternyata, ada 3 orang temen kelasan gue yang juga sama-sama berjuang without bocoran. And believe it or not, 2 of them sekarang udah diterima jadi anak Universitas Indonesia, lewat jalur undangan alias SNMPTN. See? Miracles do happen. Dan tentunya, dengan usaha yang maksimal. Gue ikutan bangga dan seneng sama mereka, karena jujur, mereka berdua juga sama sekali nggak ikut bimbel, dan salah satu diantaranya (yang anak cowok, dan gue cukup sering ngobrol sama dia karena dia juga sama-sama pianis hahah, oke, dia jauh lebih jago dari gue -__-), bilang kalau dia gak persiapan apa-apa buat SBMPTN dan Mandiri, juga gak daftar di swasta. Pas gue tanya kenapa, dia bilang "Ah entahlah Kez, mungkin gue terlalu mengharapkan SNMPTN..." dengan mukanya yang super flat.

Gatau juga sih, mungkin dia emang bisa meramal masa depan. Jadi ya dia selow aja gitu karena udah tau kalau dia bakalan lolos jalur SNMPTN. Hahaha nggak deng. I don't believe those who's said they can predict the future. Like, seriously? How did you do it? :P

Oke kembali ke pokok bahasan.

Pas ngeliat soal-soal geografi, gue cukup rada bingung karena ada beberapa yang gampang, dan ada yang susah. Kebanyakan yang gue bilang susah itu adalah soal-soal yang rancu jawabannya. Ketika gue merasa pilihan jawaban A, C, dan D salah, gue dipusingkan dengan pilihan jawaban B dan E karena cukup mirip dan sekilas, tampak sama-sama benar.

Di saat bingung seperti inilah gue mulai menggunakan jurus tembak-menembak yang udah 'diajarin' sama guru Matematika gue. Duh, gue belom pernah rasanya hormat banget sama guru matpel paling menyeramkan yang pernah gue lalui selama di bangku sekolah.

Beliau ngajarnya asik banget. Santai, tapi tetep serius dan gak dibawa pusing. Dan yang paling manteb adalah rumus-rumus dan cara penyelesaian soalnya yang super kilat, dan mudah dimengerti.

I respect you a lot, Sir *bows down*. Thank you for making me, myself, and I fell in love with Maths.

Okay, maybe not 'fell in love', but at least, I found something interesting to solve Maths problems and all, and have the urge to solve them. Haha :P

Bapak telah mengubah Matematika sebagai matpel yang paling saya takuti menjadi matpel yang paling saya tunggu-tunggu setiap minggunya :')

Oke, nggak juga sih. Sempet takut juga setiap kali ada 'arisan' dari beliau. Beliau terkenal banget sama gaya 'arisan' soal yang nggak jarang bikin jantung setiap muridnya mau copot, duh terima kasih ya Pak :')

Jadi jurus tembak-menembak beliau ini sebenernya cukup simple. 'Tembak'lah nomor-nomor yang masih kosong ini dengan jawaban yang sama. Sederet.
Misalkan, dari nomor 1-5 kita 'tembak' dengan jawaban B semua.

Karena menurut beliau, yah seenggaknya dari no 1-10 itu pasti ada jawaban yang sama (pasti lah :P) dan kata beliau, yang paling banyak jawabannya itu di UN biasanya A. Jawaban E paling jarang. Entahlah.

But I sometimes find that B and C have more numbers than the other answers :/ 
Well, I dunno. Maybe it's just me.

Jadilah gue mengisi jawaban-jawaban yang kosong ini dengan cara seperti itu tadi.

Sepulangnya dari sekolah, gue langsung dapet bbm dari temen gue yang semalem, nanya apakah gue bisa tadi ngerjain UN-nya. Dan gue bilang, kalau Geonya cukup susah, karena banyak yang rancu :')

Dan yeah well, dia juga seperti itu sih katanya.

Tapi bersyukur banget sih, akhirnya hari pertama UN berhasil gue lalui :)



*Lanjut ke postingan selanjutnya... (to be continued :P)



  • Share:

You Might Also Like

0 comments