UN, SNMPTN, SBMPTN? Thank God! (part 6)

By Kezia Tania - Wednesday, July 22, 2015

Seperti yang sudah gue janjikan di postingan sebelumnya, maka pada postingan kali ini gue resmi menyelesaikan 'sekuel' postingan ini :'D

Ahahaha sedihnya~

Jadi setelah gue ikut UM univ A, gue mengisi 'liburan' gue dengan mencoba melakukan hal-hal yang berguna seperti latihan piano dan biola (which it didn't work perfectly as I wished it would), dan bantuin nyokap beresin rumah serta masak setiap harinya.

Well, gue emang lebih banyak membuang waktu dengan gadget-an sih ._.

Gue juga sempat beberapa kali ketemuan sama temen-temen sekolah dan gue sangat menyayangkan rencana untuk bisa nonton bareng temen SMP gue yang gak jadi karena awalnya salah satu dari kita ada yang gak bisa, dan sampai akhirnya SBM serta UM univ A selesai dilalui, tetap gak kesampaian :(

Singkatnya waktu hari Kamis, 9 Juli 2015 kemarin (yup, seminggu yang lalu) pengumuman SBMPTN pun dibuka.

Gue kembali diselimuti rasa takut yang teramat sangat, dan tangan gue kembali dingin sama seperti waktu gue hendak menghadapi SBM, bahkan lebih deg-degan lagi :(

Satu jam sebelum pengumuman dibuka di website resmi SBMPTN dan website PTN yang menyediakan tempat untuk pengumuman SBM, gue menyibukkan diri gue dengan dengerin lagu-lagu Hillsong di YouTube, sambil bbm-an, line-an, dan whatsapp-an dengan teman-teman gue.

Gue sangat ketakutan akan hasil SBMPTN sampai-sampai gue mencari pelarian dengan chatting sama temen-temen gue :(

Hahaha.

Di sela-sela ketakutan gue yang menjadi-jadi, nyokap gue tiba di rumah, dan gue waktu itu lagi meringkuk tengkurap di atas tempat tidur dengan earphone melingkar di leher, dan memeluk bantal dan HP gue erat-erat.

Begitu nyokap gue masuk kamar gue, dia nanya, "kamu kenapa? Udah lihat hasilnya?"
"Belum ma, aku takut... Hahaha.. Nanti kalau aku gak lolos lagi kayak waktu SNM gimana ya? Sayang banget ya ma, udah jauh-jauh ke Cililitan ikut tes, ikut bimbel cuma 3 minggu tapi bayarnya hampir sama kayak yang ikut setahun, eh gak lolos juga.. Hahaha..."

Sambil ngomong kalimat cengeng kayak gitu (dengan tetap meringkuk tengkurap dan masih memeluk bantal tentunya -_-), tiba-tiba air mata gue keluar dan gue nangis. Sambil ketawa -_- Yeah. That was so weird, like, this was the second time I've ever been this scared in my whole entire life after I did the same thing on SNMPTN result 2 months ago! :(

Akhirnya gue nangis juga di pangkuan nyokap. 
Ah seriusan deh, rasanya kayak balik lagi waktu gue masih TK :')

Dan nyokap gue bilang kalau gue gak boleh takut, that I have to surrender all in Gods hands, and I did reply her that I've prayed and surrendered all to Him, it's just that I was still so scared and I couldn't stand it anymore. Then she said back to me that if I really did pray and surrender all to Him, then just let it go (*backsound Let it Go~*). God will give me the best that He had ever planned for me. 

Jadilah sekitar jam 5.45 (45 menit setelah pengumuman dibuka di website, dan selama 45 menit itu gue gak bisa mengakses website resminya karena servernya sempat ngadet -_-), bokap gue membuka hasilnya lewat website salah satu PTN di Jogja.

Sambil berdiri di samping bokap yang duduk di depan PC, gue melipat kedua tangan gue di depan dada membentuk sikap berdoa dengan air mata masih mengucur. Hahaha .__.

Dan ketika bokap gue memasukkan nomor ujian beserta tanggal lahir gue dan menekan tombol enter di PC...

Gue merasa kaki gue gak bisa bergerak. Hahaha.

Gue lolos SBMPTN.

Aaahh senangnyaa! Terima kasih ya Tuhan :')

Gue keterima di pilihan ketiga, di suatu universitas swasta yang baru saja diangkat menjadi PTN. Dan itu bagaimanapun merupakan suatu berkat yang Tuhan kasih buat gue :')

Sementara beberapa temen gue ada yang masuk univ A, ada yang masuk institut kota B, ada juga yang gak dapet, dan temen gue yang ngasih kata-kata mutiara via bbm (yang juga sempat mules H-30 menit SBM :P) keterima di PTN di Malang.

Gue yang waktu itu masih belum sepenuhnya percaya lolos SBMPTN, matungin halaman web yang terpampang di PC bokap gue.
Sebelumnya, bokap gue langsung meluk gue erat banget dan tangis gue pecah. Di sela-sela tangisan gue, gue ngomong sama bokap, "Maaf ya pa, aku gak lolos jadi mahasiswi univ B.. Yah ntar gak jadi anak kota B deh. Hahaha.."

Dan bokap gue menjawab gurauan gue dengan bilang kalau hal itu gak apa-apa, justru bagus karena itu artinya gue gak perlu kuliah keluar kota, dan yang lebih penting, gue berhasil lolos SBMPTN diantara ratusan ribu peserta lainnya.

Dan di saat itu pun juga, gue pun berdoa bareng nyokap and honestly, it was so so so hard for me to spill out any words from my mouth karena gue lagi sesenggukan waktu itu ._.

Gue bersyukur gue bisa mengikuti SBMPTN bulan lalu dan meskipun banyak yang gue gak bisa kerjain, tapi ternyata Tuhan membuat gue lolos SBM. Gue juga jadi inget sama anak-anak lainnya termasuk temen-temen gue yang belum lolos SBM tahun ini. Gue jadi keinget waktu gue buka kalimat 'minta maaf' berkotak merah di website SNMPTN 2 bulan yang lalu.

I know how hurt it was to know that you got rejected by the universities that you've chosen. And it would hurt you twice to even know that you got rejected again after you fight for those universities. Yes, indeed. After you fight to hundreds of thousands of other people to get to be one of the students of those universities.

All that I could pray for those who got rejected was, that God would give them the courage and the heart that would accept whatever they got, and the spirit to fight on other tests after SBM.

Ketika gue mengucapkan kata 'amin', nyokap gue nanya, "sekarang kamu tau kan gimana rasanya jadi si A?" dan gue pun mengangguk.

Gue punya temen yang dia setahun lebih tua dibanding gue, dan temen gue ini gak perlu ditanya pinternya seperti apa. Nyokapnya dokter mata, 2 orang kakaknya lulusan Universitas Indonesia, rumahnya luas, dan orangnya asik. It's like, almost everything that happens in her whole life is perfect~

Tahun lalu dia daftar di institut khusus teknik di kota B lewat jalur SBMPTN dan dia gagal. Kemudian dia ikutan UM univ A (seperti yang kemarin gue ikuti) dan dia gagal lagi. Mengulang setahun, dia ikutan SBMPTN lagi.

Semua orang disekitarnya (termasuk gue dan nyokap gue sendiri) optimis dia pasti bakal lolos SBM kali ini. Karena well, biasanya yang mengulang setahun punya lebih banyak waktu untuk menguasai lebih dalam lagi materi SBM tanpa harus memikirkan tugas sekolah, bahkan UN.

Dan nyatanya, sungguh disayangkan, tahun ini dia gagal lagi.

Bulan Februari kemarin sebelum gue UN, gue dan temen gue ini makan bareng di tempat makan deket gereja gue (tinggal jalan kaki, hahaha :P) dan kita sempat ngobrol beberapa hal mengenai pengalaman dia ikut bimbel selama di kelas 12 hingga tentang SBM dan UM univ A.

Sambil makan dim sum, gue menyimak apa yang dia ceritain. Dia bilang, kalau gue jangan sampai kayak dia, jangan mengulang setahun, dan mulai dari sekarang udah harus persiapan untuk SBM. Begitu dia nanya apakah gue ikut bimbel atau ngga, gue jawab, "Ngga .__. Hehehe" Dan dia langsung melongo gak percaya gitu. Seolah-olah bilang, "hah? Serius lo?". Hahaha.

Dia cerita waktu dia ikut SBM, HP-nya lupa di-silent dan ketika ada telepon masuk, awalnya dia pura-pura gak tau sampai pengawasnya ngangkat tasnya, dan nanya "tas punya siapa ini?" akhirnya dia maju ke depan ruang ujian dan me-silent HPnya.

Waktu dia ikut UM univ A, dia juga sempat kena flu dan ketika dia udah gak tahan lagi (re: udah meler banget hahaha), dia lupa kalau dia gak bawa tisu.
Jadilah dia nutup-nutupin hidungnya pakai sebelah tangan, sementara tangan yang satunya dia pakai buat ngerjain soal. Akhirnya dia minta tisu juga sama peserta yang di sebelahnya. Hahaha.

Begitu hari pengumuman tiba, dia kecewa dan sedih banget karena ternyata dia gak lolos SBM. Dia bilang, "tau gak sih Kez, gue buka websitenya itu pas lagi sendirian gak ada orang di rumah. Dan gue langsung nangis seharian di dalem kamar. Besok paginya gue masih gak percaya kalo gue gak lolos SBM, kayak... Apa yah? Yah gitu deh Kez."

Hal yang serupa juga terjadi waktu pengumuman UM univ A. Dan untuk yang satu ini dia sedikit tulus karena dia gak begitu minat untuk masuk univ ini.

Lewat pengalaman yang dia ceritain, gue jadi tau gimana rasanya jadi dia. Semua orang tau kalau dia pintar and she knows it. Dia bahkan rajin banget dateng bimbel padahal rumahnya jauh banget sama tempat bimbelnya itu.

Gue sangat mengakui dia sangat kuat dan tahan banting karena jujur, gue aja sampai sekarang masih bisa ngerasain sakitnya gak lolos SNM (and yes, I know I don't have enough gut to just let it go~). Sementara dia masih kuat nerima gak lolos SBM, UM univ A, sampai harus mengulang setahun.

Gue tau kok kalau ngulang setahun itu rasanya sangat nggak enak. Akan banyak orang disekitar kita yang bakal nanya, "kuliah dimana sekarang?" dan kita cuma bisa bilang "aku ngulang setahun.. Hehe." Akan sangat gak nyaman ketika kita buka media sosial dan isinya keluh kesah temen-temen seangkatan akan tugas kuliah dan hal-hal lain yang berbau perkuliahan. Akan sangat gak nyaman ketika kita lagi bosan dan kepingin janjian jalan bareng temen tapi mereka lagi sibuk kuliah.

Entahlah. Mungkin hal-hal yang gue cantumin di atas gak sepenuhnya benar since I've never experienced it before.

Tapi gue salut sama temen gue, dan banyak orang lainnya yang tetap semangat mempersiapkan diri untuk mengulang ikut SBM dan ujian masuk universitas negri lainnya di tahun berikutnya :)




頑張ってください! ^^







  • Share:

You Might Also Like

0 comments